Monday 30 May 2016

Keutamaan Bertasbih



KEUTAMAAN BERTASBIH

Waktu orang miskin demo kepada Rasulullah mengenai nasib mereka yang tidak bisa sedekah seperti orang-orang kaya, Rasulullah tersenyum seraya berkata:
“Maukah kalian aku beri tahu suatu amalan yang kalau kalian lakukan maka kalian akan dapat mengejar keunggulan orang-orang sebelum kalian dan mengungguli orang-orang yang datang sesudah kalian.” Mereka menjawab: “Mau ya Rasulullah.” Rasulullah bersabda: “Kalian bertasbih (membaca subhanallah), bertahmid (membaca alhamdulillah) dan bertakbir (membaca Allahu akbar) setiap selesai shalat masing-masing sebanyak 33 kali.”
Para sahabat yang miskin itu tersenyum puas, jawaban Rasulullah membuat mereka senang, berdzikir saja sudah setara dengan sedekahnya orang kaya.
Berikut Beberapa Hadits Nabi Muhammad SAW Mengenai Keutamaan Bertasbih.




قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ما على الأرض رجل يقول لا إله إلا الله والله أكبر وسبحان الله والحمد لله ولا حول ولا قوة إلا بالله إلا غفرت ذنوبه ولو كانت مثل زبد البحر


1. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada seorang laki-laki di atas bumi yang mengucapkan: Laa ilaha illallah wallahu Akbar wa subhanallah walhamdulillah wa laa haula wa laa quwwata illa billah, terkecuali dosa-dosanya diampuni walaupun bagaikan buih lautan.” (HR. Ibnu Amr).


قال صلى الله عليه وسلم من قال سبحان الله وبحمده فى يوم مائة مرة حطت خطاياه وإن كانت مثل زبد البحر


2. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa mengucapkan: Subhanallahi wa bihamdihi seratus kali dalam sehari, maka dihapus kesalahannya walaupun bagaikan buih lautan.” (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah).


قال صلى الله عليه وسلم سبحان الله نصف الميزان والحمد لله ملء الميزان والله أكبر ملء السموات والأرض ولا إله إلا الله ليس دونها ستر ولا حجاب حتى تخلص إلى ربها عز وجل


3. Rasulullah SAW bersabda: “Subhanallah itu setengah timbangan, Alhamdulillah itu memenuhi timbangan, Allahu Akbar itu memenuhi langit dan bumi, dan Laa illaha illallah tidak ada tabir maupun penghalang sehingga bisa sampai kepada Tuhannya ’Azza wa Jalla.” (HR. As-Sajzi dari Ibnu Amr bin Al-’Ash dan diriwayatkan Ibnu ’Asakir dari Abi Hurairah dengan isnad dla’if).


قال صلى الله عليه وسلم من هلل مائة وسبح مائة وكبر فإنه خير من عشر رقاب يعتقها وسبع بدنات ينحرها


4. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa membaca tahlil (Laa ilaha illallah) seratus kali, membaca tasbih (Subhanallah) seratus kali dan membaca takbir (Allahu Akbar) seratus kali, maka itu lebih baik daripada memerdekakan sepuluh orang budak (raqabah) dan berkurban tujuh ekor unta (badanah).” (HR. Ibnu Abu Dunya dan Ibnu Abu  Syaibah dari Anas bin Malik. Ini Hadits hasan).


قال صلى الله عليه وسلم من قال سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم مرة واحدة كتب الله له مائة ألف حسنة ومحا عنه مائة ألف سيئة ورفع له مائة ألف درجة


5. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa mengucapkan: Subhanallahi walhamdulillahi walaa ilaha illallahu wallahu akbar wala haula walaa quwwata illa billahil ’aliyyil ’azhim satu kali, maka Allah SWT menulis untuknya seratus ribu kebaikan, menghapus seratus ribu kejelekan dan mengangkatnya seratus ribu derajat.”


قال صلى الله عليه وسلم من قال سبحان الله إلى آخرها تناثرت عنه الخطايا والذنوب كما تتناثر أوراق الشجر


6. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa mengucapkan: Subhanallah hingga akhirnya, maka dosa dan kesalahannya rontok bagaikan rontoknya dedaunan.”


قال صلى الله عليه وسلم من قال سبحان الله ربي العظيم غرست بها شجرة فى الجنة


7. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa mengucapkan: Subhanallahi Rabbiyal ’azhiimi, maka ditanam baginya sebuah pohon di surga karena ucapannya.” (HR. Ibnu Hibban dan Al-Hakim dari Jabir dengan isnad sahih).


قال صلى الله عليه وسلم من قال سبحان ربي الأعلى غفر الله له وأدخله فى الجنة


8. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa mengucapkan: Subhana Rabbiyal A’laa, maka diampuni oleh Allah dosa-dosanya dan dimasukkannya kedalam surga.”


قال صلى الله عليه وسلم التسبيح يجلب الرزق


9. Rasulullah SAW bersabda: “Bertasbih itu mendatangkan rezeki.”


قال صلى الله عليه وسلم كلمتان خفيفتان على اللسان ثقيلتان في الميزان حبيبتان إلى الرحمن سبحان الله وبحمده سبحان الله العظيم


10. Rasulullah SAW bersabda: “Dua kalimat yang ringan pada lisan, berat pada timbangan dan dicintai oleh Ar-Rahman (Tuhan Yang Maha Pengasih) adalah Subhanallahi wa bihamdihi dan Subhanallahil ’Adhiim.” (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah).
Anonymous Web Developer

Blog idiots yg membahas tentang pengetahuan, tentang islam , multimedia , graphic design dan photography.

Sunday 29 May 2016

Diam



Diam

Diam bukan berarti kita bodoh
Diam bukan berarti kita tak tau
Diam bukan karena kita takut
Diam bukan karena kita pengecut
Diam itu hikmah,
Diam itu menyerap ilmu
Diam itu mengatur gerak
Diam itu membaca tingkah
Diam itu membentuk sabar
Diam itu mengekang nafsu
Peliharalah akhlakmu karena ia adalah sumber kecantikanmu.
Peliharalah agamamu karena ia adalah peganganmu.
Peliharalah amalanmu karena ia adalah pakaian ukhrawi mu.
Peliharalah lisan mu karena ia adalah hatimu yang menentukan baik buruk dirimu...

Berikut Beberapa Hadits Nabi Muhammad SAW Mengenai Keutamaan Diam.


قال النبي صلى الله عليه وسلم العافية عشرة أجزاء تسعة فى الصمت والعاشرة فى العزلة عن الناس


Nabi Muhammad SAW bersabda: “Keselamatan itu ada sepuluh bagian, yang sembilan bagian dalam waktu diam dan yang kesepuluh pada waktu menjauhi dari manusia.” (HR. Ad-Dailimi dari Ibnu ’Abbas).


قال صلى الله عليه وسلم لكل شيء نجاسة ونجاسة اللسان البذاءة

Nabi Muhammad SAW bersabda: “Setiap sesuatu ada najisnya dan najis lisan adalah berkata buruk.”

قال صلى الله عليه وسلم من صمت نجا

Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barangsiapa diam maka selamat.”


قال صلى الله عليه وسلم سكوت العالم شين وكلامه زين وكلام الجاهل شين وسكوته زين


Nabi Muhammad SAW bersabda: “Diamnya orang alim adalah jelek dan bicaranya adalah hiasan. Perkataan orang bodoh adalah jelek dan diamnya orang bodoh adalah hiasan.”


قال صلى الله عليه وسلم أصل الإيمان السكوت إلا عن ذكر الله تعالى


Nabi Muhammad SAW bersabda: “Pokonya iman itu diam kecuali dzikir kepada Allah SWT.”


قال صلى الله عليه وسلم الصمت زين العالم وستر للجاهل


Nabi Muhammad SAW bersabda: “Diam itu hiasan bagi orang alim dan tabir bagi orang bodoh.” (HR. Abu Syaikh dari Mihraz bin Zuhair Al-Aslami).


قال صلى الله عليه وسلم كم من كلمة سلبت نعمة وكم من كلمة جلبت نعمة


Nabi Muhammad SAW bersabda: “Banyak kalimat yang menghilangkan kenikmatan dan banyak kalimat yang menarik kenikmatan.”


قال صلى الله عليه وسلم من أخرس لسانه لم يستحق أحد مهماته


Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barangsiapa menjaga lisannya maka tidak ada seseorang yang berhak menghinakannya.”


قال صلى الله عليه وسلم الحكمة عشرة أجزاء تسعة منها فى العزلة وواحد فى الصمت


Nabi Muhammad SAW bersabda: “Hikmah itu ada sepuluh, yang sembilan dalam ’uzlah (menjauhkan diri dari keramaian) dan satunya dalam diam.” (HR. Ibnu ’Adiy dan Lal dari Abu Hurairah).


قال صلى الله عليه وسلم الصمت حكم وقليل فاعله


Nabi Muhammad SAW bersabda: “Diam itu hikmah dan sedikit yang melakukannya.” (HR. Qudha’iy dari Anas bin Malik dan Ad-Dailimi dari Umar).

Anonymous Web Developer

Blog idiots yg membahas tentang pengetahuan, tentang islam , multimedia , graphic design dan photography.

Galau Ala Jomblo



Galau Ala Jomblo

Aslinya, galau itu bukan trend baru. Sejak zaman Nabi Adam pun galau sudah melanda. Perpisahan Adam dan Hawa yang kabarnya diperjumpakan kembali setelah 400 tahun di Jabal Rahmah, yang kini diabadikan dalam sebuah tugu putih menjulang di atas bukit, yang penuh corat-coret spidol (saya yakin pelakunya para jomblo), jelas adalah bentuk kegalauan yang tiada tertandingi dalam sejarah peradaban manusia. Lha bayangin mblo, 400 tahun terpisah.
Tidak bermaksud menghina lho ya, tapi perpisahan Rangga dan Cinta yang hanya 14 tahun, lalu dipertemukan kembali oleh LINE, jelas tidak bisa dijadikan tandingan pada sejarah kegalauan Adam dan Hawa itu.
Maka bila kini kamu sudah umur 25 tahunan dan belum pernah yang-yangan, bisikin hatimu sendiri biar tidak galau, “Iiih, baru 25 tahun juga, ga ada apa-apanya dibanding 400 tahun.”
Hanya bedanya nih ya, bila Nabi Adam menumpahkan galaunya dengan doa yang dilantunkan berulang-ulang selama 400 tahun:

 رَبَّنَا ظَلَمۡنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمۡ تَغۡفِرۡ لَنَا وَتَرۡحَمۡنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ


“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.”
(QS. Al-A’raaf [7] : 23).

Kalau jomblo gadget masa kini berdoa dengan status, PM, twet, path sejenis gini:
“Semua akan indah pada waktunya”
Ini jenis status jomblo yang mencitrakan dirinya baik-baik saja.

“Semoga tahajjudku ini berbuah berkah, Ya Allah, didekatkan padanya”
Ini jenis status religi anak shalih atau shalihah yang rajin tahajjud di akunnya.

“Tuhan, jika dia jodohku dekatkanlah. Jika dia bukan jodohku, jauhkanlah kami”
Ini jenis status yang heorik banget sampai maksa Tuhan segala.

“Jomblo bukanlah masalah. Aku bahagia tanpa harus pacaran kok”.
Ini jenis status yang entah sebab pilihan prinsip atau berprinsip sebab keadaan, entahlah.

“Resolusi tahun 2017: MENIKAH!”
Ini status paling mengharukan bila dituliskan saat tidak ada bayangan siapa-siapa di sampingnya untuk diajak menikah.

Baiklah, haru biru galau kaum jomblo yang terekspos sedemikian mengharukannya di sosmed itu menandakan bahwa menyendiri itu tidak enak. Asli tidak enak. Kalau ada yang membantah, dengan argumen paling felix sekalipun, pastilah ia sedang pura-pura lupa bahwa Indonesia pernah memiliki lagu spektakuler Caca Handika:
“Masak masak sendiri, makan makan sendiri, cuci baju sendiri, tidur pun sendiriii….”.

Nah..... Solusinya?
Ayo menikah.
Berikut Beberapa Hadits Nabi Muhammad SAW Mengenal Keutamaan Menikah.



قال النبي عليه الصلاة والسلام التزويج بركة والولد رحمة فأكرموا أولادكم فإن كرامة الأولاد عبادة


Nabi Muhammad SAW bersabda: “Nikah itu berkah dan anak itu rahmat, maka muliakanlah anak-anak kamu. Karena sesungguhnya memuliakan anak itu adalah ibadah.”



قال عليه الصلاة والسلام النكاح سنتي فمن رغب عن سنتي فليس مني


Nabi Muhammad SAW bersabda: “Nikah itu sunnahku, maka barangsiapa benci sunnahku maka tidak termasuk golonganku.”


قال عليه الصلاة والسلام الحرائر صلاح البيت والإماء فساد البيت


Nabi Muhammad SAW bersabda: “Wanita-wanita merdeka itu kemaslahatan rumah. Wanita-wanita budak itu kehancuran rumah.” (HR. Ad-Dailimi dan Tsa’labi dari Abu Hurairah).


قال عليه الصلاة والسلام من أراد أن يلقي الله طاهرا مطهرا فليتزوج الحرائر


Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barangsiapa ingin berjumpa Allah SWT dalam keadaan suci dan disucikan maka nikahilah wanita-wanita merdeka.” (HR. Ibnu Majah dari Anas bin Malik).


قال عليه الصلاة والسلام التمسوا الرزق بالنكاح


Nabi Muhammad SAW bersabda: “Carilah rezeki dengan menikah. ” (HR. Ad-Dailimi dari Ibnu ’Abbas).


قال عليه الصلاة والسلام من تزوج فقد أعطى نصف العبادة


Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barangsiapa menikah maka dia benar-benar telah dikasih separuh ibadah.” (HR. Abu Ya’la dari Anas bin Malik).


قال عليه الصلاة والسلام شراركم عزابكم


Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sebagian orang-orang yang buruk di antara kamu adalah orang-orang bujangan.” (HR. Abu Ya’la, Thabrani dan Ibnu Adiy dari Abu Hurairah).


قال صلى الله عليه وسلم شراركم عزابكم وأراذل موتاكم عزابكم


Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sebagian orang-orang yang buruk di antara kamu adalah orang-orang bujangan dan orang-orang mati yang hina di antara kamu adalah orang-orang bujangan.” (HR. Imam Ahmad dari ’Athiyah bin Busr).


قال عليه الصلاة والسلام شراركم عزابكم ركعتان من متأهل خير من سبعين ركعة من غير متأهل


Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sebagian orang-orang yang buruk di antara kamu adalah orang-orang bujangan. Dua raka’at (shalat) dari orang yang sudah kawin lebih baik daripada tujuh puluh raka’at (shalat) dari orang yang tidak kawin.” (HR. Ibnu ’Adiy dari Abu Hurairah).


قال عليه الصلاة والسلام ما أطعمت زوجتك فهو لك صدقة


Nabi Muhammad SAW bersabda: “Makanan yang kamu berikan kepada istrimu adalah sedekah bagimu.” (HR. Ahmad dan Tabrani dari Al-Miqdam bin Ma’dikarib dengan isnad shahih).
Anonymous Web Developer

Blog idiots yg membahas tentang pengetahuan, tentang islam , multimedia , graphic design dan photography.

Friday 27 May 2016

KEJELEKAN DAN KEISTIMEWAAN PADA WANITA



KEJELEKAN DAN KEISTIMEWAAN PADA WANITA.

Allah SWT telah mengabarkan kepada kita bahwa kehidupan ini adalah fana dan tidak kekal.
Sesuatu yang fana berarti sesuatu yang tidak abadi adanya, yang memiliki masa berlaku.
Yang akan berakhir menuju ketiadaan.

Mengenai kapankah kehidupan dunia ini akan berakhir hanya Allah SWT sendiri yang mengetahuinya.Akan tetapi Allah SWT telah menjelaskan sinyal-sinyal atau ciri-ciri mengenai hari kiamat itu akan terjadi, melalui perenungan akan berbagai alamat mendekati hari akhir, dapat menjadi peringatan juga bagi kita semua untuk lebih mempersiapkan dan membekali diri dengan amal shalih.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya di antara tanda-tanda akan datangnya hari kiamat adalah: diangkatnya ilmu, merebaknya kebodohan, merajalelanya perzinahan, merajalelanya khamar (minuman keras), sedikitnya jumlah laki-laki, banyaknya jumlah wanita sehingga lima puluh wanita dipimpin oleh satu orang laki-laki”. (HR. Bukhari).

Apakah sudah tampak saat ini tanda-tanda tersebut?
Rasulullah SAW bersabda:
“Engkau akan melihat seorang laki-laki diikuti oleh empat puluh wanita, yang tak lain hal ini disebabkan oleh sedikitnya jumlah laki-laki dan banyaknya jumlah wanita”. (HR. Bukhari).

Juga dalam riwayat lain disebutkan ketika Rasulullah SAW ditanya oleh malaikat Jibril mengenai kapankah terjadinya hari akhir, beliau menjawab: “Tidaklah yang ditanya lebih tahu dari pada yang bertanya”.
Kemudian Rasul menyebutkan beberapa ciri hari akhir, yaitu: seorang budak wanita melahirkan majikannya dan manusia saling bermegah-megahan dalam membangun.
Bisakah kita memaknainya?
Coba lihat disekitar kita, apakah sudah tampak saat ini?

Beberapa hadits yang disebutkan di atas menggambarkan kepada kita mengenai keadaan kaum wanita menjelang hari akhir.
Lalu yang menjadi pertanyaan dan patut kita renungi sebagai kaum wanita adalah: telah tampakkah keadaan-keadaan yang Rasulullah SAW gambarkan tersebut di atas?
Mari kita lihat beberapa realita fenomena wanita di zaman sekarang ini.


⚫ Alasan neraka nantinya akan dipenuhi oleh wanita.
Tentang hal ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda :
“Aku melihat ke dalam Surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah fuqara (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penduduknya adalah wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas dan Imran serta selain keduanya).

 ⚫ Ciri-ciri wanita di akhir zaman dan penghuni Neraka.
Dalam hadits lainnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam menjelaskan tentang wanita penduduk neraka, beliau bersabda:

1. Tabarruj : Yang dimaksud dengan tabarruj ialah seorang wanita yang menampakkan “perhiasannya” dan keindahan tubuhnya serta apa-apa yang seharusnya wajib untuk ditutupi dari hal-hal yang dapat menarik syahwat lelaki.
Hal ini kita dapati pada sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam tentang wanita-wanita yang berpakaian tapi hakikatnya telanjang dikarenakan minimnya pakaian mereka dan tipisnya bahan kain yang dipakainya.
Yang demikian ini sesuai dengan komentar Ibnul ‘Abdil Barr Rahimahullah ketika menjelaskan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam tersebut.
Ibnul ‘Abdil Barr menyatakan: “Wanita-wanita yang dimaksudkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam adalah yang memakai pakaian yang tipis yang membentuk tubuhnya dan tidak menutupinya, maka mereka adalah wanita-wanita yang berpakaian pada dhahirnya dan telanjang pada hakikatnya.”
Mereka adalah wanita-wanita yang hobi menampakkan “perhiasan” mereka, padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah melarang hal ini dalam firman-Nya:

    وَلَا يُبۡدِينَ زِينَتَهُنَّ

 “Dan janganlah mereka menampakkan perhiasan-perhiasan mereka.” (QS.An-Nur : 31).


Rasulullah SAW bersabda : “ … dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya mereka telanjang, melenggak-lenggokkan kepala mereka karena sombong dan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan suaminya, kepala mereka seakan-akan seperti punuk onta. Mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan wanginya surga padahal wanginya bisa didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim dan Ahmad dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu).

Firman Allah:

              وَلۡيَضۡرِبۡنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّۖ          

“Hendaklah mereka (perempuan) melabuhkan kain tudung hingga menutupi dada-dada mereka.” (QS. An-Nur:31).

“Rasullulah melaknat perempuan yang mengikir gigi atau meminta supaya dikikirkan giginya.” (HR. At-Thabrani).

“Dilaknat perempuan yang menjarangkan giginya supaya menjadi cantik, yang mengubah ciptaan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Apakah yang dimaksud disini adalah kawat gigi / behel?

Simpulkan sendiri, apakah wanita seperti ini sudah muncul saat ini?
Memakai pakaian tertutup tapi masih membentuk tubuhnya?

2. Penyebab sedikitnya kaum wanita yang masuk surga adalah hawa nafsu yang mendominasi pada diri mereka, kecondongan mereka kepada kesenangan-kesenangan dunia, dan berpaling dari akhirat karena kurangnya akal mereka dan mudahnya mereka untuk tertipu dengan kesenangan-kesenangan dunia yang menyebabkan mereka lemah untuk beramal.

3. Kemudian mereka juga sebab yang paling kuat untuk memalingkan kaum pria dari akhirat dikarenakan adanya hawa nafsu dalam diri mereka, kebanyakan dari mereka memalingkan diri-diri mereka dan selain mereka dari akhirat, cepat tertipu jika diajak kepada penyelewengan terhadap agama dan sulit menerima jika diajak kepada akhirat.

4. Kufur terhadap suami dan kebaikan-kebaikannya.
Yakni seorang istri yagn mengingkari kebaikan-kebaikan suaminya selama sekian waktu yang panjang hanya dengan sikap suami yang tidak cocok dengan kehendak sang istri sebagaimana kata pepatah: “Panas setahun dihapus oleh hujan sehari”.
Selalu merasa kurang akan apa yang diberikan suami, salah satu contohnya adalah gaji.
Padahal yang harus dilakukan oleh seorang istri ialah bersyukur terhadap apa yang diberikan suaminya, janganlah ia mengkufuri kebaikan-kebaikan sang suami, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan melihat istri seperti ini sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam: “Allah tidak akan melihat kepada wanita yang tidak mensyukuri apa yang ada pada suaminya dan tidak merasa cukup dengannya.” (HR. Nasai dari Abdullah bin ‘Amr).

5. Durhaka terhadap suaminya.
Tiga bentuk kedurhakaan wanita itu adalah:
 - Durhaka dengan ucapan.
 - Durhaka dengan perbuatan.
 - Durhaka dengan ucapan dan perbuatan.
Bentuk kedurhakaan ini ialah apabila seorang istri membicarakan perbuatan suami yang tidak ia sukai kepada teman-teman atau keluarganya tanpa sebab yang diperbolehkan syar’i. Atau ia menuduh suaminya dengan tuduhan-tuduhan dengan maksud untuk menjelekkannya dan merusak kehormatannya sehingga nama suaminya jelek di mata orang lain. Bentuk serupa adalah apabila seorang istri meminta di thalaq atau di khulu’ tanpa sebab atau ia mengaku-aku telah dianiaya atau dianiaya oleh suaminya atau yang semisal dengan itu.
Apabila seorang istri keluar rumah tanpa izin suaminya walaupun hanya untuk mengunjungi kedua orang tuanya.

6. Wanita yang senang bergunjing / gosip.
Rasulullah SAW menegaskan pengertian bergunjing sebagai berikut:
“Tahukah kamu apa ghibah itu?”. Mereka menjawab: “Hanya Allah dan Rasul-Nya jualah yang tahu”. Maka beliau bersabda, menjelaskan: “Memperbincangkan saudaramu tentang apa yang tak disukainya”. Lalu tanya mereka pula: “Kalau yang diperbincangkan itu benar, ya, Rasulullah?”. Rasulullah menjawab: “Kalau yang diceritakan itu benar, maka engkau telah melakukan ghibah terhadap saudaramu itu. Kalau yang dibicarakan itu tidak benar, maka engkau telah melakukan kepalsuan terhadap saudaramu”.
Dalam suatu hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
“Orang yang menutup ‘aib orang lain di dunia, niscaya Allah menutup ‘aibnya pula kelak di hari kiamat.”
Rasulullah SAW ketika ditanya tentang kebanyakan hal-hal yang dapat memasukkan manusia ke dalam neraka, beliaupun menjawab:
“Mulut dan kemaluan!” (HR. Tirmidzi).

Kita seringkali membicarakan perilaku jelek seseorang tanpa mengetahui alasan mengapa ia berbuat demikian entah di sosial media, media tv, maupun di dunia nyata.

Padahal seharusnya manusia itu dinilai dari niatnya. Bisa saja seseorang mempunyai niat yang baik, tetapi karena kurangnya wawasan maka tindakannya terkesan tidak simpatik.

Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya segala amal itu ditinjau dari niatnya, dan setiap orang akan diganjar sesuai dengan apa yang diniatkan.”

7. Wanita yang menebarkan fitnah.
Rasulullah SAW bersabda:

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فَتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

“Aku tidak meninggalkan satupun fitnah sepeninggalku yang lebih membahayakan para lelaki kecuali para wanita.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dari hadits diatas diebutkan bahwa fitnah wanita lebih berbahaya jika keluar dari mulutnya.
Sejarah sudah berbicara bahwa betapa banyak tokoh-tokoh dunia yang tidak beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hancur karirnya hanya disebabkan bujuk rayu wanita.
Dan berapa banyak persaudaraan terputus hanya dikarenakan wanita?
Berapa banyak seorang anak tega dan menelantarkan ibunya demi mencari cinta seorang wanita?
Dan masih banyak lagi kasus lainnya yang dapat membuktikan bahwa wanita model mereka ini memang pantas untuk tidak mendapatkan wanginya surga.
Hanya dengan ucapan dan rayuan seorang wanita, wanita mampu menjerumuskan kaum pria ke dalam lembah dosa dan hina terlebih lagi jika mereka bersolek dan menampakkan diri dihadapan kaum pria.
Sungguh merugi wanita-wanita yang melakukan hal ini. Mereka lebih memilih jalan ke neraka daripada jalan ke Surga, karena memang biasanya wanita yang melakukan hal-hal ini ini tergoda oleh angan-angan dan kesenangan dunia yang menipu.
Tidak mengherankan lagi jika di sana-sini terjadi pelecehan, pemerkosaan terhadap kaum wanita, karena yang demikian itu adalah hasil dari perbuatan dari kaum mereka sendiri.
Allah SWT berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ قُل لِّأَزۡوَٰجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ يُدۡنِينَ عَلَيۡهِنَّ مِن جَلَٰبِيبِهِنَّۚ ذَٰلِكَ أَدۡنَىٰٓ أَن يُعۡرَفۡنَ فَلَا يُؤۡذَيۡنَۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورٗا رَّحِيمٗا

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab : 59).

Padahal pintu-pintu kebaikan dan pintu-pintu surga terbuka buat wanita, dan Allah telah memudahkan wanita untuk masuk ke dalam surga, dan wanita telah mendapatkan kelebihan dan keistimewaan.

⚫ Keistimewaan Wanita

1. Wanita yang salehah (baik) itu lebih baik daripada 70 orang pria yang saleh.
2. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Rasulullah SAW) di dalam syurga.

3. Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan, lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta bertanggungjawab, maka baginya adalah syurga.

4. Daripada Aisyah r.a. “Barang siapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak-anak perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya daripada api neraka.”
5. Syurga itu di bawah telapak kaki ibu.

6. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana-mana pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.

7. Wanita yang taat akan suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya selama dia taat kepada suaminya serta menjaga sembahyang dan puasanya.

8. Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa bulan Ramadhan, memelihara kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu syurga mana saja yang dia kehendaki.

9. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah SWT memasukkan dia ke dalam syurga lebih dahulu daripada suaminya dengan jarak 10.000 tahun perjalanan.

10. Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah SWT mencatat baginya setiap hari dengan 1000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1000 kejahatan.

11. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah SWT mencatat baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah SWT.

12. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia daripada dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.

13. Apabila telah lahir (anak) lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan daripada susunya diberi satu kebajikan.

14. Apabila semalaman (ibu) tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah SWT memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah SWT.

15. Seorang wanita salehah adalah lebih baik daripada 70 orang wali.

16. Seorang wanita yang jahat adalah lebih buruk dari pada 1000 pria yang jahat.

17. Rakaat shalat dari wanita yang hamil adalah lebih baik daripada 80 rakaat shalat wanita yang tidak hamil.

18. Wanita yang memberi minum air susu ibu (ASI) kepada anaknya daripada badannya (susu badannya sendiri) akan dapat satu pahala daripada tiap-tiap titik susu yang diberikannya.

19. Wanita yang melayani dengan baik suami yang pulang ke rumah di dalam keadaan letih akan mendapat pahala jihad.

20. Wanita yang melihat suaminya dengan kasih sayang dan suami yang melihat isterinya dengan kasih sayang akan dipandang Allah dengan penuh rahmat.

21. Wanita yang menyebabkan suaminya keluar dan berjuang ke jalan Allah dan kemudian menjaga adab rumah tangganya akan masuk syurga 500 tahun lebih awal daripada suaminya, akan menjadi ketua 70.000 malaikat dan bidadari dan wanita itu akan dimandikan di dalam syurga, dan menunggu suaminya dengan menunggang kuda yang dibuat daripada yakult.

22. Wanita yang tidak cukup tidur pada malam hari karena menjaga anak yang sakit akan diampunkan oleh Allah akan seluruh dosanya dan bila dia hiburkan hati anaknya Allah memberi 12 tahun pahala ibadat.

23. Wanita yang memerah susu binatang dengan “bismillah” akan didoakan oleh binatang itu dengan doa keberkatan.

24. Wanita yang menguli tepung gandum dengan “bismillah”, Allah akan berkatkan rezekinya.

25. Wanita yang menyapu lantai dengan berzikir akan mendapat pahala seperti meyapu lantai di Baitullah.

26. Wanita yang hamil akan dapat pahala berpuasa pada siang hari.

27. Wanita yang hamil akan dapat pahala beribadat pada malam hari.

28. Wanita yang bersalin akan mendapat pahala 70 tahun shalat dan puasa dan setiap kesakitan pada satu uratnya Allah mengaruniai satu pahala haji.

29. Sekiranya wanita mati dalam masa 40 hari selepas bersalin, dia akan dikira sebagai mati syahid.

30. Jika wanita melayani suami tanpa khianat akan mendapat pahala 12 tahun shalat.

31. Jika wanita menyusui anaknya sampai cukup tempo (2½ thn), maka malaikat-malaikat dilangit akan khabarkan berita bahwa syurga wajib baginya.

32. Jika wanita memberi susu badannya kepada anaknya yang menangis, Allah akan memberi pahala satu tahun shalat dan puasa.

33. Jika wanita memijat suami tanpa disuruh akan mendapat pahala 7 tola emas dan jika wanita memijat suami bila disuruh akan mendapat pahala 7 tola perak.

34. Wanita yang meninggal dunia dengan keridhaan suaminya akan memasuki syurga.

35. Jika suami mengajarkan isterinya satu masalah akan mendapat pahala 80 tahun ibadat.

36. Semua orang akan dipanggil untuk melihat wajah Allah di akhirat, tetapi Allah akan datang sendiri kepada wanita yang memberati auratnya yaitu memakai purdah di dunia ini dengan istiqamah.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Semoga dapat mengambil hikmahnya dan mengamalkannya
Anonymous Web Developer

Blog idiots yg membahas tentang pengetahuan, tentang islam , multimedia , graphic design dan photography.

Bolehkah Pacaran?




Istilah pacaran itu sebenarnya bukan bahasa hukum, karena pengertian dan batasannya tidak sama buat setiap orang. Dan sangat mungkin berbeda dalam setiap budaya. Karena itu
kami tidak akan menggunakan istilah `pacaran` dalam masalah ini, agar tidak salah konotasi.

I. Tujuan Pacaran

Ada beragam tujuan orang berpacaran. Ada yang sekedar iseng, atau mencari teman bicara, atau lebih jauh untuk tempat mencurahkan isi hati. Dan bahkan ada juga yang memang
menjadikan masa pacaran sebagai masa perkenalan dan penjajakan dalam menempuh jenjang pernikahan.Namun tidak semua bentuk pacaran itu bertujuan kepada jenjang pernikahan. Banyak diantara pemuda dan pemudi yang lebih terdorong oleh rasa ketertarikan semata, sebab dari sisi
kedewasaan, usia, kemampuan finansial dan persiapan lainnya dalam membentuk rumah tangga, mereka sangat belum siap.Secara lebih khusus, ada yang menganggap bahwa masa pacaran itu sebagai masa penjajakan, media perkenalan sisi yang lebih dalam serta mencari kecocokan antar keduanya. Semua itu dilakukan karena nantinya mereka akan membentuk rumah tangga. Dengan tujuan itu, sebagian norma di tengah masyarakat membolehkan pacaran. Paling tidak dengan cara membiarkan pasangan yang sedang pacaran itu melakukan aktifitasnya. Maka istilah apel malam minggu menjadi fenomena yang wajar dan dianggap sebagai bagian dari aktifitas yang normal.

II. Apa Yang Dilakukan Saat Pacaran ?

Lepas dari tujuan, secara umum pada saat berpacaran banyak terjadi hal-hal yang diluar dugaan.
Bahkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa aktifitas pacaran pelajar dan mahasiswa sekarang ini cenderung sampai kepada level yang sangat jauh. Bukan sekedar kencan, jalan-jalan dan berduaan, tetapi data menunjukkan bahwa ciuman, rabaan anggota tubuh dan bersetubuh secara langsung sudahmerupakan hal yang biasa terjadi.

Sehingga kita juga sering mendengar istilah "check-in", yang awalnya adalah istilah dalam dunia perhotelan untuk menginap. Namun tidak sedikit hotel yang pada hari ini berali berfungsi sebagai tempat untuk berzina pasangan pelajar dan mahasiswa, juga pasanga-pasangan tidak syah lainnya.
Bahkan hal ini sudah menjadi bagian dari lahan pemasukan tersendiri buat beberapa hotel dengan memberi kesempatan check-in secara short time, yaitu kamar yang disewakan secara jam-jaman untuk ruangan berzina bagi para pasangan di luar nikah.Pihak pengelola hotel sama sekali tidak mempedulikan apakah pasangan yang melakukan chek-in itu suami istri atau bulan, sebab hal itu dianggap sebagai hak asasi setiap orang.Selain di hotel, aktifitas percumbuan dan hubungan seksual di luar nikah juga sering dilakukan di dalam rumah sendiri, yaitu memanfaatkan kesibukan kedua orang tua. Maka para pelajar dan mahasiswa bisa lebih bebas melakukan hubungan seksual di luar nikah di dalam rumah mereka sendiri tanpa kecurigaan, pengawasan dan perhatian dari anggota keluarga lainnya.Data menunjukkan bahwa seks di luar nikah itu sudah dilakukan bukan hanya oleh pasangan mahasiswa dan orang dewasa, namun anak-anak pelajar menengah atas (SLTA) dan menengah pertama (SLTP) juga terbiasa melakukannya. Pola budaya yang permisif (serba boleh) telah menjadikan hubungan pacaran sebagai legalisasi kesempatan berzina.

Dan terbukti dengan maraknya kasus `hamil di luar nikah`dan aborsi ilegal. Fakta dan data lebih jujur berbicara kepada kita ketimbang apologi. Maka jelaslah bahwa praktek pacaran pelajar dan mahasiswa sangat rentan dengan perilaku zina yang oleh sistem hukum di negeri ini sama sekali tidak dilarang. Sebab buat sistem hukum sekuluer warisan penjajah, zina adalah hak asasi yang harus dilindungi. Sepasang pelajar atau mahasiswa yang berzina, tidak bisa dituntut secara hukum. Bahkan bila seks bebas itu menghasilkan hukuman dari Allah berupa AIDS, para pelakunya justru akan diberi simpati.

III. Pacaran Dalam Pandangan Islam

a. Islam Mengakui Rasa Cinta
Islam mengakui adanya rasa cinta yang ada dalam diri manusia. Ketika seseorang memiliki rasa cinta, maka hal itu adalah anugerah Yang Kuasa. Termasuk rasa cinta kepada wanita (lawan jenis)
dan lain-lainnya.

`Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita,anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.`(QS. Ali Imran :14).

Khusus kepada wanita, Islam menganjurkan untuk mewujudkan rasa cinta itu dengan perlakuan yang baik, bijaksana, jujur, ramah dan yang paling penting dari semua itu adalah penuh dengan
tanggung-jawab. Sehingga bila seseorang mencintai wanita, maka menjadi kewajibannya untuk memperlakukannya dengan cara yang paling baik.Rasulullah SAW bersabda,`Orang yang paling baik diantara kamu adalah orang yang paling baik terhadap pasangannya (istrinya). Dan aku adalah orang yang paling baik terhadap istriku`.

b. Cinta Kepada Lain Jenis Hanya Ada Dalam Wujud Ikatan Formal

Namun dalam konsep Islam, cinta kepada lain jenis itu hanya dibenarkan manakala ikatan di antara mereka berdua sudah jelas. Sebelum adanya ikatan itu, maka pada hakikatnya bukan sebuah cinta, melainkan nafsu syahwat dan ketertarikan sesaat.
Sebab cinta dalam pandangan Islam adalah sebuah tanggung jawab yang tidak mungkin sekedar diucapkan atau digoreskan di atas kertas surat cinta belaka. Atau janji muluk-muluk lewat SMS, chatting dan sejenisnya. Tapi cinta sejati haruslah berbentuk ikrar dan pernyataan tanggung-jawab yang disaksikan oleh orang banyak.Bahkan lebih `keren`nya, ucapan janji itu tidaklah ditujukan kepada pasangan, melainkan kepada ayah kandung wanita itu.

Maka seorang laki-laki yang bertanggung-jawab akan berikrar dan melakukan ikatan untuk menjadikan wanita itu sebagai orang yang menjadi pendamping hidupnya, mencukupi seluruh kebutuhan hidupnya dan menjadi `pelindung` dan `pengayomnya`. Bahkan `mengambil alih`kepemimpinannya dari bahu sang ayah ke atas bahunya.Dengan ikatan itu, jadilah seorang laki-laki itu `laki-laki sejati`. Karena dia telah menjadi suami dari seorang wanita. Dan hanya ikatan inilah yang bisa memastikan apakah seorang laki-laki itu betul serorang gentlemen atau sekedar kelas laki-laki iseng tanpa nyali. Beraninya hanya menikmati sensasi seksual, tapi tidak siap menjadi "the real man".Dalam Islam, hanya hubungan suami istri sajalah yang membolehkan terjadinya kontak-kontak yang mengarah kepada birahi. Baik itu sentuhan, pegangan, cium dan juga seks.Sedangkan di luar nikah, Islam tidak pernah membenarkan semua itu.

Akhlaq ini sebenarnya bukan hanya monopoli agama Islam saja, tapi hampir semua agama mengharamkan perzinaan. Apalagi agama Kristen yang dulunya adalah agama Islam juga, namun karena terjadi penyimpangan besar sampai masalah sendi yang paling pokok, akhirnya tidak pernah terdengar kejelasan agama ini mengharamkan zina dan perbuatan yang menyerampet kesana.Sedangkan pemandangan yang kita lihat dimana ada orang Islam yang melakukan praktek pacaran dengan pegang-pegangan, ini menunjukkan bahwa umumnya manusia memang telah terlalu jauh dari agama. Karena praktek itu bukan hanya terjadi pada masyarakat Islam yang nota bene masih sangat kental dengan keaslian agamanya, tapi masyakat dunia ini memang benar-benar telah dilanda degradasi agama.Barat yang mayoritas nasrani justru merupakan sumber dari hedonisme dan permisifisme ini. Sehingga kalau pemandangan buruk itu terjadi juga pada sebagian pemuda-pemudi Islam,tentu kita tidak melihat dari satu sudut pandang saja. Tapi lihatlah bahwa kemerosotan moral ini juga terjadi pada agama lain, bahkan justru lebih parah.

c. Pacaran Bukan Cinta

Melihat kecenderungan aktifitas pasangan muda yang berpacaran, sesungguhnya sangat sulit untuk mengatakan bahwa pacaran itu adalah media untuk saling mencinta satu sama lain. Sebab sebuah cinta sejati tidak berbentuk sebuah perkenalan singkat, misalnya dengan bertemu di suatu kesempatan tertentu lalu saling bertelepon, tukar menukar SMS, chatting dan diteruskan dengan janji bertemu langsung.Semua bentuk aktifitas itu sebenarnya bukanlah aktifitas cinta, sebab yang terjadi adalah kencan dan bersenang-senang. Sama sekali tidak ada ikatan formal yang resmi dan diakui. Juga tidak ada ikatan tanggung-jawab antara mereka. Bahkan tidak ada kepastian tentang kesetiaan dan seterusnya. Padahal cinta itu adalah memiliki, tanggung-jawab, ikatan syah dan sebuah harga kesetiaan. Dalamformat pacaran, semua instrumen itu tidak terdapat, sehingga jelas sekali bahwa pacaran itu sangat berbeda dengan cinta.

d. Pacaran Bukanlah Penjajakan / Perkenalan

Bahkan kalau pun pacaran itu dianggap sebagai sarana untuk saling melakukan penjajakan, atau perkenalan atau mencari titik temu antara kedua calon suami istri, bukanlah anggapan yang benar. Sebab penjajagan itu tidak adil dan kurang memberikan gambaran sesungguhnya atas data yang diperlukan dalam sebuah persiapan pernikahan.Dalam format mencari pasangan hidup, Islam telah memberikan panduan yang jelas tentang apa saja yang perlu diperhitungkan. Misalnya sabda Rasulullah SAW tentang 4 kriteria yang terkenal itu.Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW berdabda,`Wanita itu dinikahi karena 4 hal : [1] hartanya, [2] keturunannya, [3] kecantikannya dan [4] agamanya. Maka perhatikanlah agamanya kamuakan selamat. (HR. Bukhari Kitabun Nikah Bab Al-Akfa` fiddin nomor 4700, Muslim Kitabur-Radha` Bab Istihbabu Nikah zatid-diin nomor 2661)
Selain keempat kriteria itu, Islam membenarkan bila ketika seorang memilih pasangan hidup untuk mengetahui hal-hal yang tersembunyi yang tidak mungkin diceritakan langsung oleh yang bersangkutan. Maka dalam masalah ini, peran orang tua atau pihak keluarga menjadi sangat penting.
Inilah proses yang dikenal dalam Islam sebagai ta`aruf.

Jauh lebih bermanfaat dan objektif ketimbang kencan berduaan. Sebab kecenderungan pasangan yang sedang kencan adalah menampilkan sisi-sisi terbaiknya saja. Terbukti dengan mereka mengenakan pakaian yang terbaik, bermake-up, berparfum dan mencari tempat-tempat yang indah dalam kencan. Padahal nantinya dalam berumah tangga tidak lagi demikian kondisinya.Istri tidak selalu dalam kondisi bermake-up, tidak setiap saat berbusana terbaik dan juga lebih sering bertemu dengan suaminya dalam keadaan tanpa parfum dan acak-acakan.

Bahkan rumah yang mereka tempati itu bukanlah tempat-tempat indah mereka dulu kunjungi sebelumnya. Setelah menikah mereka akan menjalani hari-hari biasa yang kondisinya jauh dari suasana romantis saat pacaran.Maka kesan indah saat pacaran itu tidak akan ada terus menerus di dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dengan demikian, pacaran bukanlah sebuah penjajakan yang jujur, sebaliknya bisa dikatakan sebuah penyesatan dan pengelabuhan.Dan tidak heran bila kita dapati pasangan yang cukup lama berpacaran, namun segera mengurusperceraian belum lama setelah pernikahan terjadi. Padahal mereka pacaran bertahun-tahun danmembina rumah tangga dalam hitungan hari. Pacaran bukanlah perkenalan melainkan ajang kencan saja.
Anonymous Web Developer

Blog idiots yg membahas tentang pengetahuan, tentang islam , multimedia , graphic design dan photography.

Sejarah Dan Tujuan Puasa



SEJARAH DAN TUJUAN PUASA

Pertanyaan:
“Apa arti puasa dan bagaimanakah sejarah dan tujuannya?”

Jawab:
Allah swt. Berfirman,
“Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas umat-umat yang sebelum kamu, agar kamu sama bertakwa.” (al-Baqarah: 183)
 Dijelaskan pada ayat tersebut tujuan dari kewajiban ibadah puasa, yaitu “agar bertakwa”. Takwa artinya: “Penyempurnaan kepatuhan mutlak kepada Allah Ta’ala dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.” Takwa itu akan menambah kesucian jiwa, kesehatan badan, dan keluhuran akhlak. Takwa akan menstabilkan akal fikiran, memerdekakan kehendak-iradah, membebaskannya dari belenggu kebiasaan-kebiasaan dan pengaruh syahwat.

Sebenarnya, kebanyakan manusia diperbudak oleh syahwat dan adat kebiasaan sampai dia tidak lagi mempedulikan halal atau haram, manfaat atau madharat. Maka puasa akan melatihnya untuk meninggalkan kebiasaan seperti makan pagi, makan tengah hari, minum kopi dan merokok. Semua itu ditinggalkan karena patuhnya kepada Tuhannya, bukan kerana sebab lain.

Seseorang yang sudah menjalankan puasa dengan ikhlas, ia akan memiliki sifat muraqabah (mawas diri) dan perasaan malu pada Tuhan, bila ia melanggar perintah-Nya atau larangan-Nya atau menjadi hamba bagi selain-Nya.Umat beragama sebelum Islam juga mengenal puasa sebagai suatu kewajiban, akan tetapi sudah mengalami bermacam-macam perubahan. Di antara pengikut Brahma ada yang berpuasa 24 hari atau 40 hari berturut-turut dengan cara yang sangat berat, yaitu dengan bersemedi di goa-goa beryoga atau bergelandangan di terik panas matahari dan sebagainya.

Sebaliknya, kaum Yahudi dan kaum Nasrani, umat Katolik pada hari-hari tertentu berkewajiban menahan nafsu makan, yaitu sedikit makan di pagi hari sekadar penyegar badan, tengah hari diperbolehkan makan kenyang tetapi petangnya hanya sedikit pula. Sewaktu-waktu, di tengah hari diizinkan juga makan daging, kecuali pada hari-hari pantang, dan sebagainya. Untuk jelasnya baca Ensiklopedia Indonesia.
Nabi Muhammad saw menjelaskan bahwa bukan begitulah waktu dan cara puasa. Maka Allah swt mengutus beliau untuk membawa kebenaran, sekaligus mengoreksi apa yang dilakukan sebelumnya dan membebaskan mereka dari belenggu yang memberatkan mereka agar mereka berbahagia. Bacalah Al-Qur’an surat al-Ma-‘idah ayat 48 dan surat al-A’raaf ayat 157.
Rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya sendi agama Islam itu ada tiga: syahadat yang meyakinkan keesaan Tuhan, shalat yang wajib, dan puasa pada bulan Ramadhan. Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan dengan memperhatikan hukum-hukum dan adab-adabnya serta memelihara dirinya dari segala apa yang diwajibkan untuk dijauhi, niscaya puasanya itu akan mengugurkan dosa-dosanya yang terdahulu.” (HR Ahmad dan Baihaqi)
“Barangsiapa tidak berpuasa pada bulan Ramadhan tanpa uzur, seperti sakit dan sebagainya, maka tidak tertebus dengan puasa dahr (puasa seumur hidup)” (HR Abu Dawud)
Puasa itu wajib bagi setiap orang muslim dan muslimah yang sudah mukallaf. Kewajiban ini dapat diringankan bagi orang yang telah lanjut usia, orang sakit yang tidak dapat diharapkan kesembuhannya, orang yang kerjanya sangat berarti seperti buruh tambang, begitu pula seorang wanita yang tengah mengandung atau menyusui anaknya.

Maka bagi mereka itu, apabila tidak kuat atau takut menderita madharat karena puasa itu, diperbolehkan untuk tidak berpuasa dan tidak wajib qadha, hanya diwajibkan membayar fidyah, yaitu memberi pada orang miskin untuk seharinya. Demikian tafsir al-Manar tentang ayat 184 surah al-Baqarah. Di dalam ayat tersebut juga disebut : orang sakit atau orang yang takut sakit bila dia berpuasa diperbolehkan untuk tidak berpuasa tetapi dengan wajib qadha.Wanita yang sedang haid atau sedang nifas (sesudah melahirkan) diharamkan baginya untuk berpuasa dan wajib qadha sesudah suci dari dua macam darah itu.

Waktu Puasa ialah sesudah fajar menyingsing sampai matahari terbenam. Pada waktu puasa diharamkan makan, minum, bersenggama, bersetubuh, memasukkan sesuatu ke dalam melalui mulut, hidung, telinga, kubul, dubur, walaupun sedikit, keras, cair, atau berupa asap seperti asap rokok. Akan tetapi, memasukkan sesuatu dengan perantaraan injeksi atau pengobatan mata, tidak membatalkan puasa, diperbolehkan, begitu juga hukumnya kalau mengerjakan semua larangan itu karena betul-betul lupa.
Seseorang yang berpuasa hendaknya menahan nafsu, menjauhkan diri dari sengketa, memaki-maki, dan dari segala kezhaliman. Seseorang yang tidak meninggalkan dusta, bicara cabul, hasut, dengki, fitnah, korupsi waktu atau uang, khianat terhadap agama, Nabi dan bangsa, maka belumlah dapat dinamakan shaa’im (berpuasa).
 Disunnahkan agar bersahur, makan malam sebelum fajar (kurang lebih 10-30 menit) dan menyelenggarakan buka sesudah matahari terbenam sebelum shalat dan membaca do’a:
“Ya Allah, karena Engkaulah aku berpuasa, dan dengan rezeki Engkau aku berbuka, dan kepada Engkau aku beriman.”
Selain shaum wajib pada bulan Ramadhan atau shaum wajib karena “nazar”, niat mewajibkan puasa atas dirinya bila berhasil maksudnya, ada pula shaum sunnah menurut kehendak yang ingin berpuasa, asal tidak berlebih-lebihan dan tidak dikerjakan pada dua hari raya (Syawwal dan Haji). Niat berpuasa wajib harus dilakukan waktu malam sebelum fajar menyingsing, sedang niat untuk puasa sunnah boleh sesudah subuh.

Hari-hari Rasulullah berpuasa ialah hari tanggal 9 bulan Haji, kecuali bila beliau sedang berhaji, hari kesepuluh Muharram dan pada tiap hari Senin dan Kamis. Ketika ditanya mengapa, beliau menjawab, “Karena pada dua hari itu, Senin dan Kamis, dilaporkan amal tiap orang dan diberi ampun bagi setiap orang mumin (yang berpuasa, kecuali mereka yang sedang memutuskan hubungannya (tidak saling bicara) dengan saudaranya.” (HR Ahmad) Seseorang tidak boleh memutuskan hubungan dengan saudaranya lebih dari tiga hari.

Di zaman Rasulullah saw ada seorang sahabat bernama Abu Darda hendak berpuasa wisaal (siang malam) dan Abdullah bin Amr telah berpuasa tiap hari. Ada sahabat lain hendak berpuasa dalam perperangan dan ada lagi yang sudah berpuasa dalam perjalanannya sampai pingsan karena panas dan lemah badannya. Samua mereka itu dicela, bahkan diancam dengan hukuman.

Rasulullah saw bersabda kepada Abu Darda dan kepada Abdullah bin Amr, “Sesungguhnya dirimu sendiri, istrimu, tetanggamu, tamumu, dan Tuhanmu masing-masing mempunyai hak atasmu. Karena itu berilah hak mereka masing-masing.” (HR Ahmad dan Bukhari)
Maksudnya ialah agar dalam beribadah tidak harus mengabaikan kesehatan, mengorbankan kerukunan berumah tangga atau mengorbankan kerukunan berumah tangga atau mengorbankan pergaulan bertetangga dan bermasyarakat.

Abu Said al-Khudri ra. berkata, “Aku menyediakan makanan untuk Rasulullah saw., kemudian beliau datang bersama beberapa sahabatnya. Ketika aku hidangkan makanan itu, ada di antara mereka yang berkata, ʻ Aku puasa.’ Lalu beliau bersabda, ʻSaudaramu mengundangmu dan ia dengan susah payah menyiapkan hidangan ini. Bukalah dan qadhalah nanti jika engkau ingin mengqadha (qadha puasa sunnah tidak wajib).’” (HR. al-Baihaqi)
Anonymous Web Developer

Blog idiots yg membahas tentang pengetahuan, tentang islam , multimedia , graphic design dan photography.

Arti Dan Kedudukan Bulan Ramadhan




Arti dan Kedudukan Bulan Ramadhan

Ramadhan jamaknya adalah ramadhanat atau armidha, maknanya adalah: sangat terik, atau panas karena terik matahari.
Orang Arab dahulu ketika mengubah nama-nama bulan dari bahasa lama ke bahasa Arab, mereka namakan bulan-bulan itu menurut masa atau musim yang dilalui (bulan itu). Maka kebetulan bulan Ramadhan saat itu tepat di saat musim panas dimana terik matahari sangat menyengat.
Mujahid, seorang ulama tabi’in, tidak suka menyebutnya Ramadhan saja, tapi ia selalu menyebut: bulan Ramadhan.

Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkan Al-Qur’an dan bulan yang senantiasa agung.
Allah berfirman,
“Bulan Ramadhan adalan bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an untuk menjadi petunjuk bagi manusia dan bermacam-macam keterangan yang merupakan petunjuk dan pemisah (antara yang benar dan dengan yang batil).” (al-Baqarah: 185)
Firman Allah Ta’ala,
“Dan Tuhanmu menciptakan apa yang dikehendaki dan memilih apa yang dikehendaki.” (al-Qashshash: 68)
Bulan Ramadhan adalah satu-satunya nama bulan yang disebut dalam Al-Qur’an.
Allah memilih sesuatu sesuai dengan yang dikehendaki-Nya.
Allah memilih tempat sesuai dengan yang dikehendaki-Nya.
Allah memilih beberapa hamba-Nya untuk menjadi rasul, menjadi ulama, menjadi filsuf, menjadi pemimpin, menjadi panglima perang, dan sebagainya.Ada tempat yang memperoleh keistimewaan karena dipilih untuk turunnya wahyu, untuk tempat menampung berbagai rupa peringatan atau tempat beribadat.

Allah memilih Mekkah untuk tempat turunnya wahyu Al-Qur’an. Allah memilih Ka’bah untuk menjadi kiblat kaum muslimin dan muslimat. Maka atas dasar inilah pula Allah memilih bulan Ramadhan dari bulan-bulan yang dua belas itu dan menjadikannya sebagai bulan yang utama, dengan mencatatkan nama bulan itu dalam Al-Qur’an. Memang, bulan Ramadhan merupakan satu-satunya nama bulan yang disebut dalam Al-Qur’an.

Allah memilih Ramadhan sebagai waktu khusus untuk melimpahkan nikmat-Nya yang besar kepada para hamba-Nya, yaitu Al-Qur’an, Kitab-Nya yang penghabisan, kitab yang tak ada tolok bandingannya, yang mempunyai daya hidup sepanjang masa, selama layar bahtera dunia terkembang, bahkan ke masa-masa sesudahnya. Dan Al-Qur’an adalah tali pengikat bagi seluruh umat Islam di dunia ini.

Bulan Ramadhan adalah bulan dimana Allah menurunkan permulaan ayat risalah yang menandakan kerasulan Muhammad dan menugaskan Muhammad bangkit untuk menyampaikan risalah itu kepada para hamba-Nya.

Bulan Ramadhan adalah bulan yang memiliki kesucian yang tidak dimiliki oleh bulan-bulan yang lain. Bulan yang mengandung banyak keistimewaan, antara lain:
Bulan saat terjadinya Perang Badar al-kubra, yang dengan kemenangan di perang itu nampaklah ketinggian kalimat wahyu (kalimat tauhid) dan keruntuhan kekuasaan musyrikin. Umat Islam meraih kemenangan nyata.

Di bulan Ramadhan ini pula Nabi saw. menaklukkan dan menguasai kota Mekkah dari tangan kaum musyrikin. Dan di saat itulah berakhir penyembahan berhala di sekitar Ka’bah, dan Mekkah pun menjadi daerah yang menyembah Allah yang Mahaesa, sesuai ajaran Islam.

Di bulan ini ada suatu malam yang sangat tinggi nilainya, yaitu lailatul qadar.
Di bulan ini turun ayat Al-Qur’an untuk pertama kalinya, dan kita layak syukuri hal ini karena Al-Qur’an merupakan hidayah dan petunjuk bagi seluruh umat manusia.
Di bulan ini kita sangat dianjurkan untuk meningkatkan aktifitas ibadah kita, seperti membaca Al-Qur’an, shalat malam, dan shadaqah kepada fakir miskin.
Dikutip dari buku: Pedoman Puasa (Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy)
Anonymous Web Developer

Blog idiots yg membahas tentang pengetahuan, tentang islam , multimedia , graphic design dan photography.

Sekilas Tentang Kode Etik Khutbah Dan Khatib



Sekilas Tentang Kode Etik Khutbah dan Khatib
Ketika berkhutbah dan tampil sebagai khatib, seorang juru dakwah harus mengikuti aturan yang telah diatur oleh Islam. Aturan itu pada dasarnya diambil contoh sikap dan perbuatan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam ketika menyampaikan khutbah Jumat. Berikut ini sejumlah kode etik yang perlu diperhatikan ketika menyampaikan khutbah dan berperan sebagai khatib:
 1. Khatib seyogyanya beraqidah benar dan lurus, sesuai dengan pemahaman ahlus sunnah wal jamaah dan tidak memiliki pemahaman aqidah yang menyimpang, seperti menyekutukan Allah dengan makhluk dan membatasi nama dan sifat Allah. Selain itu juga, hendaknya ia lebih mendahulukan dalil naqli (Alquran dan sunah) dibandingkan dalil aqli (logika). Jika dalam praktiknya, logika tidak bisa merasionalkan argumentasi Alquran dan sunah, perlu disadari bahwa hal itu terjadi karena kekurangan dan ketidaksempurnaan akal. Bukan karena argumentasi dalil naqli bertentangan dengan logika. Sebab, sangat tidak mungkin, dilihat dari sudut pandang manapun, argumentasi Alquran dan sunah yang sahih bertentangan dengan logika umum.
 2. Memiliki kepribadian yang tenang dan berwibawa, mengagungkan tanda-tanda kebesaran dan syiar Allah Subhanahu wa Ta’ala, memandang larangan dan pelanggaran syariat sebagai perbuatan hina dan tidak terhormat. Selain itu, segala gerak-gerik ibadahnya, mulai dari berdiri, duduk, bergerak, dan diam dilakukan karena Allah. Segala urusannya harus tunduk pada perintah Allah. Hawa nafsunya mengikuti tuntunan yang dicontohkan Rasullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, memaafkan orang yang dimaafkan Allah Subahanahu wa Ta’ala, tidak memutuskan harapan pelaku dosa dari berharap rahmat Allah Subahanahu wa Ta’ala, tidak membiarkan hamba yang patuh merasa aman ujian Allah, menyukai rukhshah (keringanan dalam melaksanakan suatu kewajiban) tanpa meremehkan perintah-perintah Allah, dengan demikian mereka termasuk orang mencintai dan dicintai hamba Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah orang yang kalian cintai dan ia mencintai kalian. Dan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah orang yang kalian tidak sukai dan ia juga tidak menyukai kalian.”
3. Memahami dengan baik hukum, syarat, rukun, hal-hal yang membatalkan, tata cara pelaksanaan dan hal-hal yang membuat khutbah dan shalat menjadi sempurna.
4. Menggunakan bahasa baku, fasih bertutur kata, dan pandai mengungkapkan maksudnya agar orang yang mendengarkan pun kagum dan menerima nasihatnya. Seseorang bisa melatih dirinya agar orang tertarik dengan khutbahnya dan tetap menjaga hatinya agar tidak riya’.
5. Menjaga diri agar tidak melakukan kesalahan dalam mengungkapkan kebaikan dari segi sastra, bahasa, ilmiah, dan sejarah. Sehingga orang tidak menuduhnya kaku dalam berdakwah atau memahami penjelasannya dengan pemahaman yang berseberangan.
6. Isi khutbah harus disampaikan dengan jelas, sistematis, terususn rapi dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami, lugas, dan diterima oleh semua kalangan, baik yang terpelajar dan awam. Sebab, tujuan khutbah adalah memotivasi jiwa agar taat kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Tentu saja, penyampaian khutbah yang baik mempunyai dampak positif. Selain itu, yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan khutbah, khatib tidak perlu menggunakan peribahasa, ungkapan sastra yang rumit dan bahasa yang tidak lazim.
7. Hendaknya seorang khatib tidak memperpanjang penyampaian khutbah. Hendaknya khutbah disampaikan secara ringkas dan padat, agar para pendengar tidak merasa bosan, benci terhadap ilmu dan tidak mau mendengar kebaikan. Dengan begitu, membuat mereka terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak diinginkan. Perlu diingat, ketika menyampaikan nasihat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menjaga agar para sahabat tidak sampai merasa bosan dan jemu, seperti dinukil dalam kitab Sahihain (Sahih Al-Bukhari dan Sahih Muslim) dari Ibnu Mas’ud.
Imam Az-Zuhri berkata, “Apabila sebuah majelis terlalu panjang, maka setan akan mengambil bagian di dalamnya.”
8. Mengutip hadis-hadis sahih dan menjelaskan maknanya sesuai dengan pemahaman ulama salaf (ulama-ulama salih terdahulu dari kalangan sahabat, tabi’in, dan sesudahnya pen.).
9. Menjaga kemampuan daya tangkap para pendengar dalam memahami pesan yang disampaikan, agar tidak salah paham. Pernah terjadi di zaman Nabi, seorang pria berkhutbah di hadapan nabi dengna menggunakan ungkapan, “Barangsiapa taat dan patuh kepada Allah dan rasul-Nya, maka ia memperoleh petunjuk. Dan barangsiapa mendurhakai (perintah) mereka, maka ia telah sesat.” Mendengar itu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Seburuk-buruk khatib adalah kamu. Katakanlah, ‘Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya, maka ia telah sesat’.” Sahabat tersebut menggunakan kata ganti “mereka” sebagai kata ganti yang menunjukkan pada Allah dan rasul-Nya di hadapan hadirin yang kurang paham. Karenanya, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pun menegur dan mengoreksinya agar pendengar yang kurang memahami tidak menganggap kata ganti tersebut bermakna satu, kendati pada dasarnya, orang yang taat kepada rasul, juga berarti taat kepada Allah. Begitu pula sebaliknya, orang yang mendurhakai perintah rasul, berarti ia juga mendurhakai Allah. Karena itu, beliau mengungkapkan, “Seburuk-buruk khatib adalah kamu.” Saat itu, sahabat itu tengah berada dalam masyarakat umum. Beliau menegurnya agar tidak menimbulkan pemahaman yang keliru, wallahu a’lam.
Di samping itu, khatib juga perlu memperhatikan waktu dan mengajukan solusi permasalahan yang sedang dihadapi para pendengar.
10. Tidak merasa khawatir dan takut kepada orang yang mendengar atau orang yang belajar dari pesan yang disampaikan oleh khatib. Seyogyanya seorang khatib merasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam penyampaiannya dan dalam memberikan informasi hukum yang berkaitan dengan kemaslahatan dunia dan akhirat para jamaah. wallahu a’lam.
11. Seorang khatib hendaknya pandai membagi dan menempatkan isi khutbah dengan baik agar mudah dipahami oleh semua pendengar, baik masyarakat umum maupun kalangan terpelajar. Selain itu, khatib hendaknya selalu menggunakan ungkapan “Amma ba’d” setelah ber-tahmid kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sebelum menyampaikan pesan takwa yang merupakan sunah yang selalu dilakukan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam setiap khutbahnya, sebagaimana dijelaskan dalam kitab “Sahihain” dan kitab-kitab lainnya. Inilah kelebihan yang diberikan Allah kepada Nabi Daud ‘alaihissalam, menurut pendapat sejumlah ahli tafsir.
“Dan kami berikan kepadanya hikmah dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan.” (Shaad: 20)
 12. Ketika menyampaikan khutbah, khatib selain dianjurkan untuk menyampaikan harapan-harapan yang menimbulkan semangat, hendaknya ia menyampaikan ancaman terhadap perbuatan dosa yang dapat menimbulkan rasa takut dalam diri pendengar. Demikian pula ketika menyampaikan berita gembira, seorang khatib hendaknya menyampaikan peringatan, dalam rangka meniru metodologi Alquran dalam memberikan pendidikan dan bimbingan.
13. Mempersiapkan konsep khutbah dan kerangka pemikiran yang sistematis. Hal ini sebaiknya dilakukan agar ide yang ingin disampaikan dan metode yang digunakan tidak semrawut dan lebih efektif.
14. Tidak memutuskan harapan dan semangat pendengar. Sebaliknya, khatib yang baik semestinya mampu memotivasi dan melahirkan harapan dalam diri pendengar.
15. Selayaknya khutbah dapat mengajak dan menyentuh akal dan hati secara bersama-sama agar mampu mempengaruhi pikiran dan perasaan pendengar.
16. Khatib yang baik seyogyanya memiliki jiwa yang lapang dan murah senyum. Seakan terpancar dari wajahnya aura harapan dan selalu menerima pendapat dan nasihat orang lain. Sebab, seorang Muslim merupakan cermin bagi Muslim yang lain.
17. Selalu bersikap realistis dalam menghadapi setiap permasalahan. Hendaknya ia berusaha mengaitkan masalah itu dengan peristiwa sejarah yang memiliki kesamaan lalu menarik pelajaran dan ibrah dari setiap peristiwa.
18. Memilih topik pembahasan yang baik dan menarik. Hal ini dapat ditempuh dengan menyinggung masalah kekinian dengan memberikan nilai tambah bagi wawasan hadirin.
19. Melantangkan dan mengeraskan suara ketika menyampaikan nasihat. Sebab, inilah tujuan umum yang ingin disampaikan dalam khutbah. Hal ini dipraktikkan langsung oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam setiap khutbahnya. Kala itu, beliau diibaratkan seolah sedang berpesan pada pasukan yang akan maju ke medan laga. Beliau bersabda, “Keselamatan bagi kalian di pagi dan sore hari.”
20. Saat menyampaikan khutbah, lalu seorang khatib menyaksikan sebuah pelanggaran terhadap syariat terjadi, hendaknya ia menghentikan khutbah dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar adalah sesuai dengna kebutuhan saat itu. Karenanya, kemungkaran atau pelanggaran yang terjadi ketika khutbah berlangsung lebih diprioritaskan. Pendapat ini didasarkan pada argumen syariat dan ijma’ (konsensus) ulama, tanpa ada silang pendapat.
Ini pernah dicontohkan sendiri oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika Sulaik Al-Ghathfani masuk ke masjid ketika Nabi sedang berkhutbah. Beliau pun berujar, “Sudahkah engkau shalat dua rakaat?” Sulaik menjawab, “Belum.” Nabi lalu bersabda, “Berdiri dan lakukan shalat dua rakaat”
Lebih tegas lagi, suatu ketika Utsman datang terlambat ke masjid ketika sedang berkhutbah. Umar pun menanyakan perihal keterlambatannya. Utsman menjawab, “Saya hanya bisa berwudhu.” Umar berkata, “Dan wudhu juga! Engkau sendiri tahu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan untuk mandi (Jumat).”
Seorang pendengar dalam hal ini, tidak dianjurkan untuk melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar, baik dengan ucapan maupun isyarat agar tidak menimbulkan kegaduhan. Juga agar tidak mengganggu konsentrasi khatib dalam menyampaikan khutbahnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika engkau mengatakan kepada temanmu ketika imam sedang berkhutbah: diamlah, maka sungguh engkau telah melakukan perbuatan sia-sia.”
Amar ma’ruf dalam kondisi seperti ini dikategorikan oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam sebagai perbuatan sia-sia (tidak berpahala pen.). Sebab para hadirin dalam majelis Jumat diperintahkan untuk diam. Tak boleh satu orang pun yang boleh berbicara, seperti halnya seseorang yang salat. Perbuatan sia-sia (laghwu) yang dimaksud di sini adalah ucapan yang terlontar dari mulut seseorang dan sudah sewajarnya disikapi dengan tidak mengindahkannya. Tak hanya sebatas ucapan, tapi juga perbuatan pun termasuk dalam kategori ini. Karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa menyentuh batu kerikil, maka ia telah melakukan perbuatan sia-sia.” Maksudnya, perbuatan seperti itu dianggap sia-sia ketika dilakukan dalam shalat karena akan mengganggu kekhusyuan dan konsentrasi.
Perhatikanlah! Meski amar ma’ruf dan nahi munkar adalah perbuatan baik, tapi dalam kondisi seperti ini, seorang pendengar yang melakukannya dinilai telah melakukan perbuatan sia-sia. Sebab, terjadi pada kondisi yang tidak pas dan cocok. Sama halnya dengna larangan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam untuk membaca ayat Alquran ketika ruku dan sujud, menunaikan shalat di waktu-waktu makruh, ketika makanan telah siap disajikan, dan ketika menahan kencing dan buang air besar. Wallahu a’lam.
21. Topik pembahasan yang disampaikan dalam khutbah hendaknya memiliki maksud dan makna yang seirama, dituangkan dalam pemaparan yang menarik dan menggunakan gaya bahasa yang enak didengar. Karena itu, topik pembahasan khutbah yang disampaikan mestinya dapat bermanfaat dan bernilai positif. Dengan begitu, usai mendengarkan khutbah, para pendengar memahami dengan baik topik pembahasan yang disampaikan oleh khatib.
22. Topik pembahasan yang diangkat dalam khutbah seyogyanya berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat umum. Sebab, umumnya, setiap orang memiliki masalah, cita-cita, penderitaan, nasib baik dan buruk. Khutbah yang sukses adalah khutbah yang mampu memberikan solusi terhadap permasalahan hidup yang tengah dihadapi dan menyentuh berbagai permasalahan penting lainnya. Agar khutbah Jumat yang dijadikan Islam sebagai media pembekalan ruhani bagi penganutnya dalam sepekan, dapat berperan penting dalam membangun mentalitas, muatannya seyogyanya mendatangkan solusi penambahan wawasan keilmuan, dan arahan yang bermanfaat bagi urusan agama dan dunia seorang Muslim.
23. Hendaknya khutbah Jumat tidak dijadikan sebagai media propaganda atau tujaun tertentu. Namun, hendaknya hal itu dilakukan ikhlas karena Allah, dalam rangka menegakkan agama, dakwah dan menjunjung kalimat Allah di atas semua ideologi dan isme lain. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” (Q.S. Al-Jin: 18)
24. Seorang khatib seyogyanya bersikap zuhud terhadap milik orang lain dan menerima karunia yang diberikan Allah dengan tulus. Dengan demikian, di mata orang lain, ia menjadi sosok mulia dan terhormat, layak dihormati dan dicintai dan terhindar dari segala bentuk pelecehan dari mereka.
25. Mempersiapkan diri dengan menguasai praktik ibadah yang terdiri dari khutbah dan shalat jamaah yang dilaksanakan pada momen-momen tertentu, seperti shalat Idul Fitri, shalat Gerhana (Kusuf atau Khusuf) dan shalat istisqa. Sebab, tidak semua praktik ibadah tersebut, terutama shalat gerhana dapat dilaksanakan dalam ritual ibadah yang sama. Wallahu a’lam.
26. Tidak menjiplak dan meniru gaya maupun metode penyampaian khatib yang lain. Karena pendengar, pada umumnya, akan merasa bosan serta menanggapinya negatif.
 27. Memberikan tarbiyah (pendidikan) dan mengadakan perubahan secara bertahap dengan menggunakan metode sesuai dan nasihat yang baik. Hendaknya ia mengawali dakwah dengan memprioritaskan perbaikan aqidah terlebih dahulu.
 28. Hendaknya seorang khatib tidak hanya pandai mendiagnosa penyakit atau fenomena penyimpangan masyarakat. Tapi ia juga mampu memberikan obat atau solusi terhadap setiap penyakit sosial yang menjangkiti masyarakat.Sumber: 33 Kesalahan Khatib Jumat, Su’ud bin Malluh bin Sulthan Al-‘Unazi, Pustaka at-Tazkia, 2006
Anonymous Web Developer

Blog idiots yg membahas tentang pengetahuan, tentang islam , multimedia , graphic design dan photography.

Nama Neraka dan Surga Beserta Kriteria Penghuninya



Nama Neraka dan Surga Beserta Kriteria Penghuninya

NERAKA HAWIYAH: diperuntukkan atas orang-orang yang ringan timbangan amalnya, yaitu mereka yang selama hidup di dunia mengerjakan kebaikan bercampur keburukan. Orang muslim laki-laki maupun perempuan yang perbuatan sehari- harinya tidak sesuai dengan ajaran Islam, maka Hawiyah sebagai tempat tinggalnya.Mereka ini yaitu orang yang tidak mau menerima syariat Islam, tidak mau memakai jilbab (bagi wanita), memakai sutra dan emas (bagi lak- laki), mencari rejeki dengan cara tidak halal, memakan riba dan lain sebagainya.

Dalam Al-Qur’an terdapat pada surah (Al-Qori’ah ayat 8-11)
وَأَمَّا مَنۡ خَفَّتۡ مَوَٲزِينُهُ ۥ (٨) فَأُمُّهُ ۥ هَاوِيَةٌ۬ (٩) وَمَآ أَدۡرَٮٰكَ مَا هِيَهۡ (١٠) نَارٌ حَامِيَةُۢ (١١

Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan [kebaikan]nya, (8) maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. (9) Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (10) [Yaitu] api yang sangat panas. (11).


NERAKA JAHIM adalah neraka sebagai tempat penyiksaan atas orang-orang musyrik atau orang-orang yang menyekutukan ALLAH, maka sesembahan mereka akan datang untuk menyiksa mereka. Orang yang di dunia menyembah sapi (bangsa Hindu) maka sapi yang akan menyiksa orang itu. Orang yang menyembah patung berbentuk hewan, maka patung itu yang akan menyiksanya. Dan demikian selanjutnya. Syirik disebut sebagai dosa yang paling besar menurut ALLAH, karena syrik berarti mensekutukan ALLAH atau menganggap ada mahluk yang lebih hebat dan berkuasa sehebat ALLAH. Syirik dapat pula berarti menganggap ada Tuhan lain selain ALLAH.

Dalam Al-Qur’an terdapat pada surah (As-Syu’araa, ayat 91),
وَبُرِّزَتِ ٱلۡجَحِيمُ لِلۡغَاوِينَ
 dan diperlihatkan dengan jelas neraka Jahim kepada orang-orang yang sesat", dan (Surah As-Saffat).



NERAKA SAQAR adalah tempat untuk orang-orang munafik, yaitu orang-orang yang mendustakan (tidak mentaati) perintah ALLAH dan Rasulullah. Mereka mengetahui bahwa ALLAH sudah menentukan hukum Islam melalui lisan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tetapi mereka meremehkan syariat (hukum) Islam. Maka dibakar dalam api adalah hukuman untuk mereka.


Nama neraka ini tercantum dalam Al-Quran Surah (Al-Muddatsir ayat 26-27,42):
سَأُصۡلِيهِ سَقَرَ (٢٦) وَمَآ أَدۡرَٮٰكَ مَا سَقَرُ
Aku akan memasukkannya ke dalam [neraka] Saqar. (26) Tahukah kamu apa [neraka] Saqar itu? (27).
مَا سَلَڪَكُمۡ فِى سَقَرَ
"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar [neraka]?" (42).
NERAKA LAZZA: neraka yang bergejolak apinya dan mengelupaskan kulit kepalanya.
(QS: Al Ma´aarij] 15-18):

كَلَّآ‌ۖ إِنَّہَا لَظَىٰ (١٥) نَزَّاعَةً۬ لِّلشَّوَىٰ (١٦) تَدۡعُواْ مَنۡ أَدۡبَرَ وَتَوَلَّىٰ (١٧) وَجَمَعَ فَأَوۡعَىٰٓ

Sekali-kali tidak dapat. Sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergejolak, (15) Yang mengelupaskan kulit kepala, (16) Yang memanggil orang yang membelakang dan yang berpaling [dari agama]. (17) Serta mengumpulkan [harta benda] lalu menyimpannya (18).
 

NERAKA HUTHAMAH: itu disediakan untuk orang yang suka mengumpulkan harta, serakah dan menghina orang-orang miskin. Mereka berpaling dari agama, tidak mau bersedekah dan tidak mau pula membayar zakat. Mereka juga memasang wajah masam apabila ada orang miskin yang meminta bantuan. Maka ALLAH membalas dengan menyiksa mereka dengan cara menguliti dan mengelupaskan kulit muka mereka. Serta membakar mereka semau yang ALLAH mau.

NERAKA HUTHAMAH disediakan untuk gemar mengumpulkan harta berupa emas, perak atau platina, mereka serakah tidak mengeluarkan zakat hartanya dan mencela menghina orang-orang miskin. Maka di Huthamah harta mereka dibawa dan dibakar untuk diminumkan sebagai siksa kepada manusia pengumpat pengumpul harta. Dalam Al-Qur’an terdapat pada surah (Al-Humazah).

NERAKA SA'IR diisi oleh orang-orang kafir. Dan orang yang memakan harta anak yatim. Kafir berasal dari kata kufur yang berarti ingkar atau menolak. Sehingga kafir dapat diartikan menolak adanya ALLAH atau dengan membantah perintah ALLAH dan Rasul-NYA. Jadi manusia kafir itu terdiri dari: Orang yang tidak beragama Islam atau orang yang tidak mau membaca syahadat. Orang Islam yang tidak mau shalat. Orang Islam yang tidak mau puasa. Orang Islam yang tidak mau berzakat. Didalam Al-Qur’an terdapat pada (An-Nisa’ ayat 10), (Al-Mulk ayat 5,10,11)


NERAKA WAIL disediakan untuk para pengusaha dan pedagang yang culas, mengurangi timbangan, mencalo barang dagangan untuk mendapatkan keuntungan yang berlipat. Maka dagangan mereka dibakar dan dimasukkan ke dalam perut mereka sebagai azab atas dosa-dosa mereka. Surah (Al-Tatfif) dan (Surah At-Tur). Nama neraka ini tercantum dalam Al-Quran Surah (Al-Muthaffifin, ayat 1-3).



NERAKA JAHANAM: Neraka tempat penyiksaan itu kemudian banyak disebut orang dengan nama jahanam. Neraka yang paling dalam dan berat siksaannya. Al-Qur’an
وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمَوۡعِدُهُمۡ أَجۡمَعِينَ (٤٣) لَهَا سَبۡعَةُ أَبۡوَٲبٍ۬ لِّكُلِّ بَابٍ۬ مِّنۡہُمۡ جُزۡءٌ۬ مَّقۡسُومٌ

Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka [pengikut-pengikut syaitan] semuanya. (43) Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu [telah ditetapkan] untuk golongan yang tertentu dari mereka. (44). (Al Hijr, 43-44).

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
SURGA


SURGA FIRDAUS: surga yang diperuntukan bagi orang yang khusyuk sholatnya, menjauhkan diri dari perbuataan sia-sia, aktif menunaikan zakat, menjaga kemaluannya, memelihara amanah, menepati janji, dan memelihara sholatnya. dalam Al-Qur’an terdapat pada surah (Al Kahfi, ayat 107) dan surah (Al Mu’minuun, ayat 9-11).

SURGA ‘ADN: surga yang diperuntukkan bagi orang yang bertakwa kepada Allah (An Nahl:30-31), benar-benar beriman dan beramal shaleh (Thaha:75-76), banyak berbuat baik (Fathir: 32-33), sabar, menginfaqkan hartanya dan membalas kejahatan dengan kebaikan (Ar-Ra’ad:22-23).





SURGA NA'IM: surga yang diperuntukkan bagi orang-orang yang benar-benar bertakwa kepada Allah dan beramal shaleh. dalam Al-Qur’an terdapat pada surah (Luqman, ayat 8) dan (Al Hajj, ayat 56).








SURGA MA’WA: surga yang diperuntukan bagi orang-orang yang bertakwa kepada Allah (An Najm: 15), beramal shaleh (As Sajdah: 19), serta takut kepada kebesaran Allah dan menahan hawa nafsu (An Naziat : 40-41).













SURGA DARUSSALAM: surga yang diperuntukkan bagi orang yang kuat imannya dan Islamnya, memperhatikan ayat-ayat Allah serta beramal shaleh. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala,“Bagi mereka (disediakan) Darussalam (surga) pada sisi Rabbnya dan Dialah Pelindung mereka disebabkan amal-amalsholeh yang selalu mereka kerjakan.” (QS. 6:127)




SURGA DARUL MUQAMAH: surga yang diperuntukkan bagi orang yang bersyukur kepada Allah. Kata Darul Muaqaamah berarti suatu tempat tinggal dimana di dalamnya orang-orang tidak pernah merasa lelah dan tidak merasa lesu. Tempat ini diperuntukkan kepada orang-orang yang bersyukur sebagaimana yg disebutkan di dalam surat (Faathir ayat 35).







SURGA AL-MAQAMUL AMIN: surga yang diperuntukkan bagi orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman (Ad Dukhan, ayat 51).







SURGA KHULDI: surga yang diperuntukkan bagi orang yang taat menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya (orang-orang yang bertakwa). Katakanlah: “Apa (azab) yang demikian itukah yang baik, atau surga yang kekal yang Telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa?” dia menjadi balasan dan tempat kembali bagi mereka?” (Al Furqaan, ayat 15).







ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ
“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
Semoga Bermanfaat.


Sumber:
Syarah Aqidah Ahlus-Sunnah wal Jama’ah hal.331-332, Yazid bin Abdulkadir Jawas, Penerbit Pustaka Imam Syafi’i.
 Tafsir Ibnu Katsir jilid 2/295-296, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir.
Anonymous Web Developer

Blog idiots yg membahas tentang pengetahuan, tentang islam , multimedia , graphic design dan photography.

Jibril Yang Perkasa, Pemimpin Para Malaikat



JIBRIL YANG PERKASA, PEMIMPIN PARA MALAIKAT
Sering kita memandangi langit yang indah dengan semburat sinar matahari di pagi hari. Ia bagaikan kanvas biru yang terhampar luas dengan guratan cat putih lapisan awan. Kita juga suka menikmati malam purnama dengan pendaran sinar rembulan yang menerangi ufuk. Cahayanya menancapkan ketenangan tidak menyilaukan, tidak pula memudarkan keindahan.
 Selain keindahan dan kekokohan langit yang luas tanpa retak itu, pernahkah kita merenungkan bahwa tempat yang berjarak 500 tahun perjalanan dari muka bumi itu adalah sebuah negeri dimana makhluk-makhluk mulia tinggal. Ya, di sanalah tempatnya para malaikat.
Allah ﷻ menciptakan malaikat dari cahaya. Cahaya apa? Tidak dijelaskan rincian tentang hal ini dan kita tidak dibebani syariat untuk mencari tahu tentang hal itu. Ibunda Aisyah menyampaikan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah disifatkan kepada kalian (tanah).” (HR. Muslim no. 2996)
Dan jumlah mereka sangatlah banyak. Rasulullah ﷺ bersabda,
مَا فِيهَا مَوْضِعُ أَرْبَعِ أَصَابِعَ إِلَّا وَمَلَكٌ وَاضِعٌ جَبْهَتَهُ سَاجِدًا لِلَّهِ
“Tidak ada satu ruang selebar 4 jari, kecuali di sana ada malaikat yang sedang meletakkan dahinya, bersujud kepada Allah.” (HR. Ahmad No. 21516).
Di antara hal yang disaksikan Rasululullah ﷺ saat isra mi’raj adalah
فَرُفِعَ لِي البَيْتُ المَعْمُورُ، فَسَأَلْتُ جِبْرِيلَ، فَقَالَ: هَذَا البَيْتُ المَعْمُورُ يُصَلِّي فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ، إِذَا خَرَجُوا لَمْ يَعُودُوا إِلَيْهِ آخِرَ مَا عَلَيْهِمْ
“Kemudian ditunjukkan kepadaku baitul ma’mur. Aku pun bertanya kepada Jibril, beliau menjawab, ‘Ini Baitul Ma’mur, setiap hari ada 70.000 malaikat yang shalat di dalamnya. Setelah mereka keluar, mereka tidak akan kembali lagi, dan itu menjadi kesempatan terakhir baginya.‘ (HR. Bukhari 3207 dan Muslim 164).
Artinya jumlah malaikat itu sangatlah banyak. Lebih banyak dari jumlah manusia. Dan sejumlah besar malaikat itu dipimpin oleh Malaikat Jibril ‘alaihissalam.
Keistimewaan Para Malaikat
Sebelum bertutur tentang Jibril, sejenak kita simak beberapa malaikat yang dipimpin oleh Jibril. Kita rangsang nalar kita dengan mengenal keagungan penciptaan mereka sebelum kita berbicara tentang yang paling istimewa di antara mereka. Karena terkadang nalar kita yang lemah ini tidak bisa langsung meloncat membayangkan dan mentadabburi sesuatu yang paling istimewa sebelum dikenalkan dengan hal-hal yang istimewa di bawahnya.
 Alquran dan sunnah menyebutkan beberapa malaikat yang hendaknya dikenal oleh kaum muslimin. Jibril, Mikail, Israfil, Malaikat Maut, Munkar dan Nakir, Raqib dan Atid, Ridwan dan Malik. Merekalah malaikat-malaikat yang tidak lalai dari apa yang Allah perintahkan, tidak pula mereka memaksiati Tuhannya.
Para malaikat adalah makhluk yang terbuat dari cahaya yang Allah ciptakan dengan sayap-sayap. Allah ﷻ berfirman,
الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا أُولِي أَجْنِحَةٍ مَثْنَىٰ وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ ۚ يَزِيدُ فِي الْخَلْقِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fathir: 1).
Di antara malaikat yang dipimpin oleh Jibril adalah malaikat pemikul arasy. Pemikul ciptaan Allah ﷻ yang terbesar. Rasulullah ﷺ bersabda:
أُذِنَ لِىْ أَنْ أُحَدِّثَ عَنْ مَلَكٍ مِنْ مَلاَئِكَةِ اللهِ مِنْ حمَلَةِ الْعَرْشِ مَا بَيْنَ شَحْمَةِ أُذُنِهِ إلَى عَاتِقِهِ مَسِيْرَةُ سَبْعِمِائَةِ سَنَةٍ.
“Aku diidzinkan untuk menceritakan tentang salah satu malaikat Allah pemikul arasy, yaitu antara daging telinga (tempat anting. pen) dengan pundaknya sejauh tujuh ratus tahun perjalanan.” (HR. Abu Dawud no 4727).
Salah satu dari pemikul arasy itu adalah Israfil sang peniup Sangkakala. Tahukah Anda besarnya Sangkakala itu? Diameternya adalah antara langit dan bumi. Sedangkan jarak langit dan bumi adalah 500 tahun perjalan dengan kuda yang tercepat.
Dari al-Abbas bin Abdul Muthallib, Rasulullah ﷺ bersabda,
هَلْ تَدْرُوْنَ كَمْ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ؟ قُلْنَا: اَللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: بَيْنَهُمَا مَسِيْرَةٍ خَمْسَمِائَة سَنَة…
“Apakah kalian tahu berapa jarak antara langit dan bumi?” Kami (para sahabat) menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lah yang lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Jarak langit dan bumi adalah perjalanan 500 tahun…” (HR. Abu Dawud dan selainnya).
Allahu Akbar! Bayangkan! Betapa agungnya penciptaan malaikat pemikul arasy. Itulah salah satu malaikat yang begitu besar dan Jibril adalah pemimpinnya.
Malaikat lainnya adalah Malaikat Malik, penjaga neraka. Pernahkah Anda mendengar hadits tentang sifat fisik penduduk neraka? Penduduk neraka adalah orang-orang yang Allah besarkan fisik mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا بَيْنَ مَنْكِبِي الكَافِرِ فِي النَّارِ مَسِيْرَةٌ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ لِلرَّاكِبِ المُسْرِعُ
“Jarak antara dua ujung pundak orang kafir di dalam neraka sejauh perjalanan 3 hari yang ditempuh penunggang kuda yang larinya cepat.” (HR. Bukhari 6551 dan Muslim 2852).
Allah besarkan jisim mereka agar adzab yang mereka derita lebih maksimal dan lebih terasa di setiap lekuk dan jengkal tubuhnya. Kalau penduduk neraka sebesar itu, lalu bagaimana dengan Malaikat Malik, penjaga neraka. Malaikat yang ditakuti oleh para kriminal dan pendosa penghuni Jahannam itu. Suatu ketika, kelak penduduk neraka meminta kepada Malik agar menyampaikan kepada Allah supaya mereka dimatikan saja. Karena tidak tahan dengan pedihnya derita adzab.
وَنَادَوْا يَا مَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ قَالَ إِنَّكُم مَّاكِثُونَ
“Mereka berseru: “Hai Malik biarlah Rabbmu membunuh kami saja”. Dia menjawab: “Kamu akan tetap tinggal (hidup di neraka ini selama-lamanya)”. (QS. Az-Zukhruf: 77).
Lalu bagaimana pula hebatnya Malaikat Maut yang bertugas mencabut nyawa? Malaikat yang tunggal ini mampu mencabut nyawa manusia di segala penjuru dunia, di ujung timur dan barat, dalam waktu serentak. Dalam detik yang sama. Dan dia sama sekali tidak pernah lalai dalam melakukannya. Ia tidak pernah terlambat mengeksekusi manusia. Tidak juga terlalu cepat. Semua ia lakukan dengan presisi dan akurasi waktu yang luar biasa tepatnya.
Ya ilahi.. ya Rabbi.. rasa-rasanya imajinasi kami terlalu uzur untuk membayangkan agungnya penciptaan para malaikat-Mu. Pemuja akal dan logika pun begitu lemah berhadapan dengan nash-nash ini. Sehingga menolaknya mereka jadikan solusi untuk menutupi kelemahan itu.
Sifat Fisik Jibril
 Berbicara tentang Jibril tentu akan semakin membuktikan ketidak-berdayaan logika manusia. Allah ﷻ mengabarkan bahwa para malaikat ada yang memiliki dua sayap, tiga, empat, atau lebih. Sedangkan akal manusia hanya mampu menggambarkan mereka dengan dua sayap saja, di kiri dan di kanan. Bagaimana kalau tiga sayap? Bagaimana kalau empat? Apatah lagi 600 sayap seperti Jibril. Rasulullah ﷺ bersabda,
Dari Ibnu Mas’ud radhialahu ‘anhu,
رَأَى مُحَمَّدٌ ﷺ جِبْرِيْلَ لَهُ سِتُّمِائَةِ جَنَاحٍ قَدْ سَدَّ الأُفُق
“Muhammad ﷺ melihat Jibril (dalam wujud aslinya pen.). Ia memiliki 600 sayap yang menutupi langit.” (HR. An-Nasa-i).
Ibunda Aisyah radhiallahu ‘anha pernah bertanya kepada kekasihnya, Rasulullah ﷺ tentang dua ayat di dalam Alquran. Yakni ayat dalam surat:
وَلَقَدْ رَآهُ بِالْأُفُقِ الْمُبِينِ
“Dan sesungguhnya Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang.” (QS. At-Takwir: 23).
Dan surat:
وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَىٰ عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَىٰ
“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal.” (QS. An-Najm: 13-15).
Rasulullah ﷺ menjawab, “Itulah Jibril yang tidak pernah kulihat ia dalam wujud aslinya. Kecuali pada dua kesempatan itu saja. Aku melihatnya turun dari langit, dimana tubuhnya yang besar memenuhi ruang antara langit dan bumi.” (HR. Muslim, No. 177).
“Rasulullah ﷺ melihat Jibril dengan bentuk aslinya. Dia memiliki enam ratus sayap. Setiap satu sayapnya dapat menutupi ufuk. Dari sayapnya berjatuhan mutiara dan yaqut dengan beragam warna.” (HR. Ahmad No. 460).
Penghulu Malaikat dan Penyampai Wahyu
Maha suci Allah yang telah menjadikan pertemuan antara malaikat terbaik dan manusia terbaik sebagai pembawa syariat-Nya. Adakah kepalsuan yang datang dari Dia yang Maha Benar, kemudian disampaikan kepada malaikatnya yang al-amin untuk diwahyukan kepada al-amin dari anak Adam?
Allah Ta’ala mensifati Malaikat Jibril dengan firman-Nya,
إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ﴿١٩﴾ذِي قُوَّةٍ عِنْدَ ذِي الْعَرْشِ مَكِينٍ﴿٢٠﴾مُطَاعٍ ثَمَّ أَمِينٍ
“Sesungguhnya Alquran itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai ‘Arsy, yang ditaati disana (di alam malaikat) lagi dipercaya.” (QS. at-Takwir: 19-21).
Juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَىٰ﴿٥﴾ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوَىٰ
“Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli.” (QS. an-Najm: 5-6).
Itulah kemuliaan Alquran. Malaikat yang paling mulia adalah yang paling layak mengemban amanah wahyu-Nya dan manusia yang paling mulia adalah yang paling layak menerimanya.
Di dalam Shahih Bukhari juga disebutkan, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda: “Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil Jibril dan berfirman bahwasannya Allah mencintai fulan maka cintailah fulan, dan Jibrilpun mencintainya. Kemudia Jibril pun mengumumkan kepada penghuni langit, bahwasannya Allah mencintai fulan, maka cintailah ia, dan para penghuni langit pun mencintai fulan. Kemudian dikabulkanlah permohonannya di dunia.” (HR. Bukhari).
Ketika Jibril menyeru kepada para malaikat untuk mencintai seorang hamba, maka seluruh malaikat penghuni langit akan tunduk kepadanya. Karena dialah Jibril sang pemimpin Israfil yang perkasa dan pemimpin Malik Khazin neraka. Dialah Jibril pemimpin malaikat maut yang taat. Dia pula pemimpin Mikail, Ridwan, Raqib, Atid dan selainnya.
 Telah disebutkan sebelumnya, 15 abad yang lalu Jibril dengan wujud aslinya pernah turun di langit Mekah, antara langit pertama dan muka dunia. Di dalam Alquran dan hadits dijelaskan pula bahwa Jibril beberapa kali turun ke bumi untuk berjumpa dengan kekasih-kekasih Rab-Nya atau menghukum para pendosa yang durhaka.
Penyampai Wahyu dan Pendidik Umat
Pada masa kerasulan Muhammad ﷺ, Jibril pernah menapaki tanah Madinah menemui kekasih Rab-Nya, Muhammad ﷺ. Ia datang sebagai pengantar kalam Ilahi atau sebagai pendidik para sahabat Nabi.
Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari ibunda Aisyah radhiallahu ‘anha menjelaskan bagaimana wahyu datang kepada Nabi ﷺ. Aisyah berkata, al-Harits bin Hisyam pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ
 يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ يَأْتِيكَ الْوَحْيُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْيَانًا يَأْتِينِي مِثْلَ صَلْصَلَةِ الْجَرَسِ وَهُوَ أَشَدُّهُ عَلَيَّ فَيُفْصَمُ عَنِّي وَقَدْ وَعَيْتُ عَنْهُ مَا قَالَ وَأَحْيَانًا يَتَمَثَّلُ لِي الْمَلَكُ رَجُلًا فَيُكَلِّمُنِي فَأَعِي مَا يَقُولُ
“Wahai Rasulullah, bagaimanakah cara wahyu sampai kepadamu?” Beliau ﷺ menjawab,”Terkadang wahyu itu datang kepadaku seperti suara lonceng, dan inilah yang terberat bagiku, dan aku memperhatikan apa dia katakan. Dan terkadang seorang malaikat mendatangi dengan berwujud seorang lelaki, lalu dia menyampaikan wahyu kepadaku, aku pun memperhatikan apa yang dia ucapkan.”
Beberapa kali Jibril datang kepada Nabi dengan sifat-sifat kemalaikatannya. Keadaan inilah yang terberat bagi Nabi. Dan terkadang ia datang dengan fisik laki-laki.
Umar pernah bercerita bahwa ada seorang laki-laki yang mengenakan pakaian putih bersih dan rambut yang sangat hitam datang menemui Nabi ﷺ. Tidak ada seorang sahabat pun yang mengenal laki-laki itu, tetapi ia kelihatan begitu dekat dengan Nabi. Ia bertanya tentang Islam, iman, dan ihsan. Di akhir pertemuan Nabi bertanya kepada Umar, “Wahai Umar, tahukah engkau siapakah dia?” “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Jawab Umar. “Sesungguhnya dia Jibril. Dia datang untuk mengajarkan agama kepada kalian”. Sambung Rasulullah ﷺ (HR. Muslim).
Ada salah seorang sahabat Nabi ﷺ yang Jibril suka menyerupainya saat menjadi manusia. Namanya Dihyah bin Khalifah al-Kalbi. Dari Anas, Nabi ﷺ bersabda, “Jibril datang serupa dengan fisik Dihyah. Dan Dihyah adalah seorang laki-laki yang tampan”. (Siyar A’lamin Nubala, Hal: 554).
Panglima Perang Para Malaikat
Saat situasi genting di Perang Badr. Umat Islam yang berjumlah tiga ratus beberapa belas orang dengan tanpa persenjataan lengkap disongsong oleh 950 pasukan musyrik Mekah dengan perlengkapan perangnya. Jibril datang atas perintah Rabnya dengan membawa ribuan pasukan malaikat dari langit ke-3.
Rasulullah ﷺ mengabarkan kepada Abu Bakar, “Bergembiralah wahai Abu Bakar. Pertolongan Allah datang. Ini Jibril di giginya ada debu-debu (dari medan perang)”. (Fiqhu ash-Shirah, Hal: 408).
Dalam hadits yang lain, beliau bersabda,
هَذَا جِبْرِيْلُ آخِذٌ بِرَأْسِ فَرَسِهِ عَلَيْهِ أَدَاةُ الْحَرْبِ
“Ini adalah Jibril sedang memegang kepala kudanya, dan ia membawa peralatan perang.” (HR. al-Bukhari, no. 3995).
Bagaimana kiranya, jika Jibril yang perkasa turut membantu dalam peperangan? Pasukan mana yang akan menderita kekalahan ketika Allah telah memberikan pertolongan sedemikian? Saat kemenangan diraih, ribuan malaikat itu tidak serta merta menghabisi semua musuh yang ada di medan laga. Inilah hikmah agama kita yang mulia, 950 orang musyrik itu tidak dibinasakan seketika. Perang dalam Islam bukan berarti membunuh dan membantai. Jika Allah menghendaki, tentu saja ribuan malaikat dari langit ketiga itu mampu menghabisi mereka semua. Namun di akhir peperangan hanya 70 orang musyrik yang tewas dan 70 lainnya ditawan.
Keperkasaan Jibril, Adzab Atas Kauk Sodom
Ratusan atau mungkin ribuan abad yang lalu, saat bumi usianya tak setua saat ini. Jibril bersama Mikail dan Israfil pernah datang kepada kekasih Allah, Rasulullah Ibrahim ﷺ. Ketiganya datang memberikan kabar gembira kepada Ibrahim dan Sarah akan kehadiran buah hati mereka Ishaq. Kemudian ketiganya bertolak menuju kaum Rasulullah Luth. Di sinilah tajuk Jibril yang perkasa akan kita pahami secara sempurna.
Allah ﷻ menciptakan banyak makhluk yang lebih kuat dari manusia. Bangsa jin salah satu di antaranya. Di masa Nabi Sulaiman salah satu jin pernah menyanggupi permintaan Nabi Sulaiman mengangkat singgasana Ratu Bilqis sebelum Sulaiman berdiri dari duduknya.
قَالَ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ أَيُّكُمْ يَأْتِينِي بِعَرْشِهَا قَبْلَ أَنْ يَأْتُونِي مُسْلِمِينَ
Berkata Sulaiman: “Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”. (QS. An-Naml: 38).
قَالَ عِفْرِيتٌ مِنَ الْجِنِّ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ تَقُومَ مِنْ مَقَامِكَ ۖ وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ
Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya”. (QS. An-Naml: 39).
Kemudian malaikat membawanya kepada Sulaiman dengan kecepatan dan kekuatan yang lebih mencengangkan lagi, yakni lebih cepat kedipan mata singgasana Ratu Bilqis bisa hadir di hadapan Nabi Sulaiman.
قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. (QS. An-Naml: 40).
Para ulama menafsirkan ayat ini bahwa orang shaleh itu memohon kepada Allah. Kemudian Allah perintahkan malaikat membawa singgasana Bilqis dari Yaman menuju Syam (Palestina) yang berjarak 3000 Km hanya dalam kejapan mata.
Kekuatan manusia pun masih kalah dibanding hewan-hewan ciptaan Allah; Eastern Lowland Gorila mampu mengangkat beban seberat 2000 Kg, bahkan semut pemotong daun atau yang kita kenal dengan semut rang-rang saja mampu mengangkat benda 50 puluh kali berat badannya.
Lalu bagaimana dengan Jibril? Makhluk ciptaan Allah yang perkasa dan dianugerahi pula kecerdasan.
عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَىٰ﴿٥﴾ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوَىٰ
“Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli.” (QS. an-Najm: 5-6).
Jibril pernah mencongkel bumi seluas lima desa kemudian mengangkatnya ke langit, dan membalikkannya hanya dengan satu sayap kanannya. Ya, Jibril mengangkat kampung kaum Nabi Luth untuk mengadzab mereka.
Kaum Luth adalah kaum pendosa. Mereka telah menyekutukan Allah, mendustakan Rasulullah Luth ﷺ, berbuat kotor dengan homoseksual yang belum pernah dilakukan oleh orang sebelum mereka, dan menantang datangnya adzab.
Kisah adzab merek bermula dengan kedatangan Jibril, Mikail, dan Israfil dengan sosok laki-laki tampan dan gagah menemui Rasulullah Luth. Tiga orang tamu yang rupawan ini membuat Luth merasa cemas, khawatir kalau kaumnya akan mengganggu mereka.
“Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan dia berkata: ‘Ini adalah hari yang amat sulit’.” (QS.Huud: 77).
Karena khianat istri Nabi Luth, kehadiran para tamu pun bocor ke telinga kaum gay ini. Bertambahlah kegelisahan Luth. Beliau yanga sangat memuliakan tamu dan tidak ingin tamunya terganggu dan tersakiti.
Luth berkata: “Seandainya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan)”. (QS.Huud: 80).
Akhirnya para utusan itu berkata:
 Para utusan (malaikat) berkata: “Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?”. (QS. Huud: 81).
Dari sini kita mengetahui, para wali Allah dari kalangan Rasul pun tidak mengetahui perkara gaib.
 Syahwat syaithoniyah kaum Luth makin membuncah liar tak terbendung. Malam itu, mereka mencoba mendobrak pintu rumah Nabi Luth. Lalu Jibril memukul wajah-wajah mereka dengan ujung sayapnya hingga mereka menjadi buta. Dengan terhuyung-huyung mereka kembali ke rumah. Lalu Jibril memerintahkan Luth agar keluar bersama orang-orang beriman lainnya. Dan datanglah adzab yang pedih kepada kaum Luth.
 Di pagi hari, Jibril congkel bumi kampung kaum Luth dengan satu sayapnya. Kemudian ia angkat ke langit pertama dengan segala isinya. Hingga penduduk langit mendengar jeritan manusia-manusianya, lengkingan suara anjingnya, dan kokok ayam yang ada di dalamnya. Setelah itu ia balik bongkahan besar itu, bagian bawah diputar menjadi sisi atas. Lalu dilemparkan kembali ke bumi. Diikuti hujan batu dari sijjil.
 Qatadah mengatakan, “Sampai kepada kami bahwa Jibril mengangkat bagian tengah desa. Kemudian ia lemparkan ke langit. Hingga penduduk langit mendengar gongong dan salak anjing mereka. Bagian-bagiannya pun saling menghancurkan.” (Tafsir al-Quran al-Azhim, tafsir Surat Hud: 82-83).
Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi mengatakan, “Kampung kaum Luth itu ada 5 kampung; Sodom (Arab: سدوم) –inilah kampung terbesar-, Sha’bah (Arab: صعبة), Sha’wa (Arab: صعوة), Atsra (Arab: عثرة), dan Duma (Arab: دوما) (Tafsir al-Quran al-Azhim, tafsir Surat Hud: 82-83).
Allah al-Aziz Yang Maha Perkasa, bayangkan!! Daratan sebesar lima desa, dicongkel dan diangkat beigitu saja menuju langit yang tingginya hanya ditakar dengan mata. Mata yang lemah, yang tidak tahu berapa jarak pastinya. Pohon-pohon, istana dan bangunan kokoh, manusia dan hewan, serta segala macam isinya melayang ke ufuk dengan satu sayap makhluk yang perkasa. Jika demikian apalah artinya kita?
 Kita kadang marah kepada Allah Sang Pencipta tatkala ia menurunkan hujan atau mamaparkan teriknya matahari ke bumi. Seolah-olah kita mampu melawan-Nya. Kita kadang membusungkan dada, mengkritik hukum-hukum-Nya karena kita anggap kejam dan tak adil. Kita tidak kenal limit logika kita. Sebagian dari kita juga sering menyorotkan mata ke langit, protes atas ketetapan takdir-Nya. Padahal Dialah al-Alim (Yang Maha Mengetahui) dan al-Hakim (Yang Maha Bijaksana). Dibandingkan Jibril saja, apalah artinya kita?
Mudah-mudahan dengan mentadabburi makhluk Allah, Jibril ‘alaihissalam, membuat kita semakin takut dan taat kepada Allah. Kita hayati kebesaran-Nya dalam takbir shalat kita, karena Dialah al-Akbar. Kita agungkan Dia dalam rukuk-ruku kita, karena Dialah Rabb al-Azhim. Kita tinggikan Dia dalam sujud-sujud kita, karena Dialah Rabb al-A’la. Innahu ‘ala kulli syai-in qadir… (Dia kuasa atas segala sesuatu)…
Sumber:
– al-Asyqar, Umar bin Sulaiman. 1995. Alam al-Malaikah al- Abrar. Dar an-Nafa-is.
– Katsir, Ibnu. Tafsir al-Quran al-Azhim.
– al-Khamis, Utsman bin Muhammad. 2010. Fabihudahum Iqtadih. Kuwait: Dar al-Ilaf ad-Daulah.
– al-Utsaimin, Muhammad bin Shalih. 1433 H. Syarhu Riyadhush Shalihin. Riyadh: Madar al-Wathan li an-Nasyr.
Anonymous Web Developer

Blog idiots yg membahas tentang pengetahuan, tentang islam , multimedia , graphic design dan photography.