Thursday 19 May 2016

Adzan Di Kubur & Talqin Mayat




Adzan Ketika Jenazah Dikuburkan Dan Talqin Mayat.

Tidak disunnah-kan adzan ketika jenazah dikuburkan.
Namun, ada pendapat ketika jenazah dikuburkan itu bersamaan dengan adzan yang dikumandangkan, maka jenazah diringankan dari pertanyaan di alam kubur.

Sebagaimana dalam Kitab I’anatuth-Thalibin juz 1 halaman 230 (cetakan al-Haramain).

وَاعْلَمْ أَنَّهُ لاَ يُسَنُّ الأَذَان عِنْدَ دُخُولِ القَبْرِ، خِلاَفًا لِمَنْ قَالَ بِنِسْبَتِهِ قِيَاسًا لِخُرُوجِهِ مِنَ الدُنْيَا عَلَى دُخُولِهِ فِيْهَا. قَالَ إبنُ حَجَرٍ: وَرَدَدْتُهُ فِى شَرْحِ العُبَابِ، لَكِنْ إِذَا وَافَقَ إِنْزَالُهُ القَبْرَ أَذَانٌ خَفَّفَ عَنْهُ فِى السُّؤَالِ. إِعَانَةُ الطَّالِبِيْن جُزْ 1ص 230

“Ketahuilah bahwasanya adzan untuk mayit tidak disunnahkan ketika masuk ke liang kubur, berbeda dengan orang yang menishbatkan adzan karena mengqiyaskan meninggal dunia dengan lahir ke dunia. Ibn Hajar berpendapat: “Saya menolak pendapat ini dalam kitab Syarah Al-‘Ubab. Tetapi ketika jenazah diturunkan ke dalam kubur bersamaan dengan dikumandangkannya adzan maka jenazah tersebut diringankan dari pertanyaan kubur”.
(Hasyiyah I’anatuth-Thalibin juz 1 halaman 230).

Apabila Terdengar Suara Adzan Atau Bersamaan Dengan Waktunya Jenazah Diturunkan Ke Liang Lahat.


عَنْ أَنَسِ بن مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا أُذِّنَ فِي قَرْيَةٍ أَمَّنَهَا اللَّهُ مِنْ عَذَابِهِ ذَلِكَ الْيَوْمَ


Dari Anas bin Malik رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ berkata, bahwa Rasulullah bersabda: “Jika adzan dikumandangkan di sebuah kampung/desa/tempat, maka Allah akan membebaskan warga desa itu dari adzab-Nya pada hari itu.” (Mujam Al-kabir At-Thabrani).

Menurut Asy-Syarqawiy:


وَلاَ يُسَنُّ عِنْدَ اِدْخَالِ الْميِّتِ الْقَبْرَ عَلَى الْمُعْتَمَدِ [الشرقاوي 1/227]


“Tidaklah disunnahkan adzan ketika memasukkan jenazah ke liang kubur, menurut qaul mu’tamad” (Asy-Syarqawiy juz 1 halaman 227).


Hukum Talqin Mayat.

Hukum talqin mayat menurut mayoritas ulama Syafi’iyah adalah sunnah. Didasarkan pada sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Abi Umamah:

عَنْ أَبِي أَمَامَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ اِذَا مُتُّ فَاصْنَعُوْا بِي كَمَا اَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَنْ نَصْنَعَ بِمَوْتَانَا. اَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ اِذَا مَاتَ اَحَدٌ مِنْ اِخْوَانِكُمْ فَسَوَّيْتُمُ التُّرَابَ عَلَى قَبْرِهِ فَلْيَقُمْ اَحَدٌ عَلَى رَأْسِ قَبْرِهِ ثُمَّ لْيَقُلْ : يَافُلَانُ بْنُ فُلَانَةَ فَاِنَّهُ يَسْمَعُهُ وَلَا يُجِيْبُ ثُمَّ يَقُوْلُ يَافُلَانُ بْنُ فُلَانَةَ فَاِنَّهُ يَسْتَوْى قَاعِدًا. ثُمَّ يَقُوْلُ يَافُلَانُ بْنُ فُلَانَةَ فَاِنَّهُ يَقُوْلُ: أَرْشَدَنَا يَرْحَمُكَ اللهُ وَلَكِنْ لَاتَشْعُرُوْنَ فَلْ يَقُل اُذْكُرْ مَا خَرَجْتَ عَلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا شَهَادَتَ اَنْ لَااِلَهَ اِلَّااللهُ وَاَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وُاِنَّكَ رَصَيْتَ بِااللهِ رَبًّا وَبِااْلاِسْلَامِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَبِااْلقُرْاَنِ اِمَامًا فَاِنَّ مُنْكَرًا وَنَكِيْرًا يَأْخُذُ كُلَ وَاحِدٍ مِنْهُمَا بِيَدِ صَاحِبِهِ. وَيَقُوْلُ اِنْطَلِقْ بِنَا مَا يُقْعِدُنَا عِنْدَ مَنْ قَدْ لُقِّنَ حُجَّتُهُ. فَقَالَ رَجُلٌ يَارَسُوْلَ اللهِ فَاِنْ لَمْ يَعْرِفْ أُمُّهُ؟ قَالَ يَنْسِبُهُ اِلَى أُمِّهِ حَوَّاءَ: بَا فُلَانُ بْنُ حَوَاءَ (رواه الطبرني في المعجم كبير،٧٩٧٩، ونقله الشيخ محمد بن عبد الوهاب في كتابه احكام تمني ٩ بدون اي تعليق)

“Dari Abi Umamah RA, beliau berkata, “Jika aku kelak telah meninggal dunia, maka perlakukanlah aku sebagaimana Rasulullah SAW memperlakukan orang – orang yang wafat diantara kita. Rasulullah SAW memerintahkan kita, seraya bersabda, “Ketika diantara kamu ada yang meninggal dunia, lalu kamu meratakan tanah diatas kuburannya, maka hendaklah salah satu diantara kamu berdiri pada bagian kepala kuburan itu seraya berkata, “Wahai fulan bin fulanah”. Orang yang berada dalam kubur pasti mendengar apa yang kamu ucapkan, namun mereka tidak dapat menjawabnya. Kemudian (orang yang berdiri di kuburan) berkata lagi, “Wahai fulan bin fulanah”, ketika itu juga si mayyit bangkit dan duduk dalam kuburannya. Orang yang berada diatas kuburan itu berucap lagi, “Wahai fulan bin fulanah”, maka si mayyit berucap, “Berilah kami petunjuk, dan semoga Allah akan selalu memberi rahmat kepadamu. Namun kamu tidak merasakan (apa yang aku rasakan disini).” (Karena itu) hendaklah orang yang berdiri diatas kuburan itu berkata, “Ingatlah sewaktu engkau keluar kealam dunia, engkau telah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad SAW adalah hamba serta Rasul Allah. (Kamu juga telah bersaksi) bahwa engkau akan selalu ridha menjadikan Allah sebagai Tuhanmu, Islam sebagai agamamu, Muhammad SAW sebagai Nabimu, dan al – Qur'an sebagai imam (penuntun jalan) mu. (Setelah dibacakan talqin ini) malaikat Munkar dan Nakir saling berpegangan tangan sambil berkata, “Marilah kita kembali, apa gunanya kita duduk (untuk bertanya) dimuka orang yang dibacakan talqin”.
Abu Umamah kemudian berkata, “Setelah itu ada seorang laki – laki bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, bagaimana kalau kita tidak mengenal ibunya?” Rasulullah menjawab, “(Kalau seperti itu) dinisbatkan saja kepada ibu Hawa, “Wahai fulan bin Hawa.”
(HR. at – Thabrani dalam al – Mu’jam al – Kabir :7979, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab juga mengutip hadits tersebut dalam kitabnya Ahkam Tamanni al – Mawt halaman 9 tanpa ada komentar).

Mayoritas ulama mengatakan bahwa hadits tentang talqin ini termasuk hadits dha’if, karena ada seorang perawinya yang tidak cukup syarat untuk meriwayatkan hadits. Namun dalam rangka fadha’il al – a’mal, hadits ini dapat digunakan.
Sebagian ahli hadits mengatakan bahwa Hadits Abi Umamah ini Hasan Lighairihi sebab sudah diperkuat dengan hadits lain yang senada sebagai syahid.
Hadits diatas juga sesuai dengan al – Qur'an surah adz-Dzariyyat ayat 55:

وَذَكِّرْ فَاِنَّ الذِّكْرَ تَنْفَعُ اْلمُؤْمِنِيْنَ

Dan berilah peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang – orang yang beriman”.(Surah adz-Dzariyyat ayat 55)

Dalam kitab Fathul Mu’in Hasyiah I’anatuth-Thalibin juz 2 halaman 139 - 141 juga disebutkan tentang anjuran talqin.
Berikut ini terjemahannya:
Sunnah sesudah mayat dimakamkan segolongan peziarah berdiri sejenak di sekitar kuburnya untuk memohonkan ketetapan iman dan ampunan dosanya.
Sunnah menalqin mayat orang baligh sekalipun mati syahid - sebagaimana sesuai dengan penyebutan para ulama yang secara mutlak, lain halnya menurut pendapat Az-Zarkasyiy - setelah sempurna dimakamkan.
Dalam pelaksanaannya, seorang diantara peziarah duduk berhadapan arah wajah sang mayat dan membaca talqin.
Guru kita Ibnu Hajar berkata: Disunnahkan mengulang-ulang talqin sampai tiga kali.
Yang lebih utama bagi peziarah berdiri, sedangkan orang yang menalqin duduk.
Memanggil si mayat di dalam talqin dengan menyebutkan ibunya pula - jika diketahui, kalau tidak diketahui maka disebut Hawwa - adalah bukan meniadakan panggilan manusia di hari kiamat dimana dengan menyebutkan ayah-ayah mereka. Sebab ke dua hal tersebut sebagai tauqif (ditentukan oleh syara’) yang berarti bukan bidang penilaian akal manusia.
Hal yang sudah jelas bagi kita, kata “al-’abdu” diganti dengan “al-amah” untuk talqin mayat wanita, demikian pula dlamir-dlamir-nya dirobah muannats.

Berikut ini Teks Bacaan Talqin Yang Dikutip Dari Hasyiyah I’anatuth-Thalibin juz 2 halaman 140 - 141.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الَّرَحِيْمِ.  كُلُّ شَيْئٍ هَالِكٌ اِلاَّ وَجْهَهُ .   لَهُ الْحُكْمُ وَ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ .   كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ .   وَ اِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ .  فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ.  وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا اِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُوْرِ.  مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ، وَفِيْهَا نُعِيْدُكُمْ، وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً اُخْرَى. مِنْهَاخَلَقْنَاكُمْ لِلْأَجْرِ وَالثَّوابِ. وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ لِلدُّودِ والتُّرَابِ. وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ لِلْعَرْضِ وَالْحِسَابِ. بِسْمِ اللَّهِ وَبِاللَّهِ وَمِنَ اللَّهِ وَاِلَى اللَّهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. هَذَامَا وَعَدَ الرَّحْمَنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُونَ. اِنْ كَانَتْ اِلاَّ صَيْحَةً وَاحِدَةً فَاِذَا هُمْ جَمِيعٌ لَدَيْنَا مُحْضَرُونَ
 يَا ...... بِنْ / بِنْتِ  .......  يَرْحَمُكَ اللَّهُ . ذَهَبَتْ عَنْكَ الدُّنْيَا وَزِيْنَتُهَا . وَصِرْتَ اْلآنَ فِيْ بَرْزَخٍ مِنْ بَرَازِيْخِ اْلآخِرَةِ. فَلاَ تَنْسَ الْعَهْدَ الَّذِيْ فَارَقْتَنَا عَلَيْهِ فِيْ دَارِ الدُّنْيَا وَقَدِمْتَ بِهِ اِلَى دَارِ اْلآخِرَةِ. وَهُوَ شَهَادَةُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ وَ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللَّهِ.  فَإِذَا جَاءَكَ الْمَلَكَانِ الْمُوَكَّلاَنِ بِكَ وَبِأَمْثَالِكَ مِنْ اُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلاَ يُزْعِجَاكَ وَلاَ يُرْعِبَاكَ.  وَاعْلَمْ اَنَّهُمَا خَلْقٌ مِنْ خَلْقِ اللَّهِ تَعَالَى كَمَا اَنْتَ خَلْقٌ مِنْ خَلْقِ اللَّهِ.  وَاِذَا سَاَلاَكَ مَنْ رَبُّكَ؟ وَمَا دِيْنُكَ؟ وَمَا اعْتِقَادُكَ؟ وَمَا الَّذِيْ مُتَّ عَلَيْهِ؟.   فَقُلْ لَهُمَا اَللَّهُ رَبِّيْ.   وَاِذَا سَأَلاَكَ الثَّانِيَةَ فَقُلْ لَهُمَا اَللَّهُ رَبِّيْ.  وَاِذَا سَأَلاَكَ الثَّالِثَةَ وَهِيَ الْخَاتِمَةُ الْحُسْنَى فَقُلْ لَهُمَا بِلِسَانٍ طَلْقٍ بِلاَ خُوْفٍ وَلاَ فَزَعٍ.   اَللَّهُ رَبِّيْ وَاْلإِسْلاَمُ دِيْنِيْ وَمُحَمَّدٌ نَبِيِّـيْ وَالْقُرْآنُ اِمَامِيْ وَالْكَعْبَةُ قِبْلَتِيْ وَالصَّلَوَاتُ فَرِيْضَتِيْ وَالْمُسْلِمُوْنَ اِخْوَانِيْ وَاِبْرَاهِيْمُ الْخَلِيْلُ اَبِيْ وَاَنَا عِشْتُ وَمُتُّ عَلَى قَوْلِ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللَّهِ
تَمَسَّكْ بِهَذِهِ الْحُجَّةِ يَا ........ بِنْ ........ وَاعْلَمْ اَنَّكَ مُقِيْمٌ بِهَذَا الْبَرْزَخِ اِلَى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ.  فَإِذَا قِيْلَ لَكَ مَا تَقُوْلُ فِيْ هَذَا الرُّجُلِ الَّذِيْ بُعِثَ فِيْكُمْ وَفِى الْخَلْقِ اَجْمَعِيْنَ. فَقُلْ هُوَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَاءَنَا بِالْبَيِّنَاتِ مِنْ رَبِّهِ فَاتَّبَعْنَاهُ وَآمَنَّا بِهِ. فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لاَ اِلَهَ اِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ
وَاعْلَمْ اَنَّ الْمَوْتَ حَقٌّ وَاَنَّ نُزُوْلَ الْقَبْرِ حَقٌّ وَ اَنَّ سُؤَالَ مُنْكَرٍ وَنَكِيْرٍ حَقٌّ وَاَنَّ الْبَعْثَ حَقٌّ وَاَنَّ الْحِسَابَ حَقٌّ وَاَنَّ الْمِيزَانَ حَقٌّ وَاَنَّ الصِّرَاطَ حَقٌّ وَاَنَّ النَّارَ حَقٌّ وَاَنَّ الْجَنَّةَ حَقٌّ وَاَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لاَ رَيْبَ فِيْهَا وَ اَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِى الْقُبُوْرِ
نَسْتَوْدِعُكَ اللَّهـُمَّ يَا أَنِيْسَ كُلِّ وَحِيْدٍ وَيَا حَاضِرًا لَيْسَ بِغَائِبٍ,  آنِسْ وَحْدَتَنَا وَوَحْدَتَهُ وَارْحَمْ غُرْبَتَنَا وَغُرْبَتَهُ وَلَقِّنْهُ حُجَّتَهُ وَلاَ تَفْتِنَّا بَعْدَهُ وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ
وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمْ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. آمِيْنَ

 Artinya:
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Tiap-tiap sesuatu itu binasa kecuali Dzat-Nya, bagi-Nya hukum dan kepada-Nya kamu dikembalikan.
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.
Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.
Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung.
Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
Daripadanya Kami ciptakan kamu, padanya Kami kembalikan kamu dan daripadanya Kami keluarkan kamu pada kali yang lain.
Daripadanya Kami ciptakan kamu untuk ganjaran dan pahala. Padanya Kami kembalikan kamu untuk ulat dan tanah.
Dan daripadanya Kami keluarkan kamu untuk pemeriksaan dan perhitungan amal.
Dengan nama Allah, dengan Allah, daripada Allah, kepada Allah dan atas agama Rasulullah saw.
Inilah apa yang telah dijanjikan oleh Dzat Yang Maha Pengasih dan yang telah dibenarkan oleh para Rasul.
Tidak ada ia melainkan satu teriakan suara saja; maka tiba-tiba mereka semuanya datang kepada Kami.


Wahai ........ Bin / bint .......
Semoga engkau dirahmati oleh Allah.
Telah pergi daripada kamu oleh dunia dan perhiasannya.
Sekarang kamu berada dalam satu barzakh daripada barzakh-barzakh akhirat.
Ingatlah wasiat disaat kamu keluar dari dunia dan dengan wasiat itu kamu menghadap ke negeri akhirat, yaitu penyaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu Rasulullah.
Apabila datang kepadamu dua orang malaikat yang diwakilkan kepadamu dan kepada orang yang sepertimu dari umat Muhammad SAW, maka janganlah kamu ragu dan janganlah kamu berpaling.
Ketahuilah bahwa keduanya itu adalah makhluk daripada ciptaan Allah Ta’ala seperti kamu adalah makhluk ciptaan-Nya.
Apabila ia datang kepadamu, duduk kepadamu, bertanya kepadamu dan berkata kepadamu: “Siapa Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa Nabimu? Dan apa i’tiqadmu yang kamu mati atasnya?”
Maka katakanlah bagi keduanya: “Allah Tuhanku.”
Apabila ia bertanya kepadamu pada kali yang kedua, maka katakanlah bagi keduanya: “Allah Tuhanku.”
Apabila ia bertanya kepadamu pada kali yang ketiga yaitu penutup yang bagus, maka katakanlah bagi keduanya dengan lisan yang fasih dengan tidak takut: “Allah Tuhanku, Islam agamaku, Muhammad Nabiku, Al-Qur'an Imamku, Al-Ka’bah kiblatku, shalat itu difardhukan kepadaku, Muslimin saudaraku, Ibrahim Al-Khalil ayahku, aku hidup dan aku mati atas ucapan: La ilaha illallah Muhammadur-Rasulullah (Tidak ada Tuhan kecuali Allah, Muhammad utusan Allah).

Kamu berpegang dengan hujjah ini wahai ........ Bin/bint .........
Ketahuilah bahwa kamu menetap di barzakh ini hingga hari bangkit.
Apabila dikatakan bagimu: “Apa perkataanmu pada orang yang diutus kepadamu dan kepada semua makhluk?”
Maka katakanlah: “Dia itu adalah Muhammad yang datang kepada kami dengan keterangan dari Tuhannya, lalu kami mengikutinya, kami percaya kepadanya, dan kami membenarkan risalahnya.
Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung".


Ketahuilah wahai  ........ Bin/bint ....... Bahwa mati itu adalah benar, bertempat tinggal di kubur itu adalah benar, pertanyaan Munkar dan Nakir itu adalah benar, hari bangkit itu adalah benar, hisab itu adalah benar, pertimbangan amal itu adalah benar, Shirath itu adalah benar, neraka itu adalah benar, surga itu adalah benar, dan hari kiamat itu pasti datang tidak diragukan lagi baginya dan sesungguhnya Allah membangkitkan manusia dari dalam kubur.

“Kami menitipkan saudaraku kepada-Mu ya Allah, Ya Tuhan yang memberi kesenangan setiap orang yang  mendirikan, Ya Tuhan  yang selalu hadir tidak pernah absen berilah kesenangan  atas kesendirian saudaraku ini. Kasihanilah pengembaraan kami dan pengembaraan saudara kami ini, peringatkanlah dua dari hujjah yang telah kami ajarkan kepadanya, janganlah Engkau menfitnah kami sesudah dia meninggal dan ampunilah kami dan dia wahai Tuhan seluruh Alam”.
Semoga Rahmat dan sejahtera Allah atas Sayyidina Muhammad dan atas keluarganya dan sahabatnya.
Dan segala puji bagi Allah Tuhan pemelihara seluruh alam. Amin.


Wallahu A’lam.

Rujukan:
Tentang Adzan di kubur:
-- Kitab I’anatuth-Thalibin juz 1 halaman 230 (cetakan al-Haramain).
-- Asy-Syarqawiy juz 1 halaman 227.
Tentang Talqin Mayat:
-- Kitab Fathul Mu’in & Hasyiah I’anatuth-Thalibin juz 2 halaman 139 - 141 (cetakan al-Haramain).
Anonymous Web Developer

Blog idiots yg membahas tentang pengetahuan, tentang islam , multimedia , graphic design dan photography.

No comments:

Post a Comment

Berkomentarlah dengan baik