Thursday 19 May 2016

Tawakkal





Tawakkal

Apa yang dimaksud dengan tawakkal?
Didalam kitab At-Ta’rifat karangan Asy-Syarif As-Sayyid ’Ali bin Muhammad Al-Jurjaniy, pada bab Ta halaman 69 (cetakan al-Haramain).

التوكل : هو الثقة بما عند الله، واليأس عما فى أيدى الناس

“Tawakkal itu adalah mempercayai kepada apa yang berasal dari Allah, dan berputus asa dari apa saja yang ada pada tangan manusia.”

Sepenggal Kisah Tawakkal Seekor Kijang

Kisah aslinya adalah dalam bahasa Arab yang saya terjemahkan dari kitab An-Nawadir karangan Ahmad Syihabuddin Bin Salamah Al-Qalyubiy halaman 53 (cetakan al-Haramain).

Cerita ini berpangkal dari kisah seorang musafir bernama Malik bin Dinar.
Ketika Malik melintasi sebuah gurun dalam perjalanan menuju Makkah untuk menunaikan ibadah haji, dia melihat seekor burung gagak terbang sambil menggigit sepotong roti. Malik berpikir, tentu ada hal yang aneh di balik kejadian yang dilihatnya tersebut.
Lalu burung itu diikutinya hingga akhirnya masuk sebuah gua. Malik mengikutinya dari belakang. Sekonyong-konyong tampak seorang lelaki tergeletak di tanah, sedangkan kedua tangan dan kakinya terikat erat.
Pada saat itu, si burung gagak sedang menyuapi seorang lelaki tadi, sepotong demi sepotong, hingga semua roti tersebut habis dimakan oleh lelaki tersebut. Setelah itu, burung gagak terbang keluar dan tidak kembali lagi.
Malik bertanya kepada orang yang disuapi burung gagak tadi: “Dari manakah tuan?”
Orang itu menjawab, “Saya adalah salah seorang haji. Penyamun telah merampas semua harta benda saya, lalu mengikat saya dan melemparkan saya di tempat ini. Aku telah bersabar menahan lapar selama lima hari.
Kemudian setelah itu aku berdoa, ‘Wahai Tuhan yang telah berfirman dalam Kitab-Nya,
أَمَّن يُجِيبُ ٱلۡمُضۡطَرَّ إِذَا دَعَاهُ
“Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya.”
(An-Naml [27] : 62).

Akulah orang yang kesulitan itu, maka kasihanilah aku!”
“Kemudian Allah mengutus burung gagak tadi. Setiap hari ia datang memberi makan dan minum kepadaku,” ungkapnya.
Setelah ikatannya dibuka oleh Malik, maka keduanya pun melanjutkan perjalanan bersama-sama. Di tengah jalan mereka kehausan, padahal keduanya tidak membawa air sedikit pun.
“Lalu keduanya mencari-cari air di gurun
 itu. Bersamaan dengan itu, tampak oleh
 keduanya sebuah sumur dikerumuni
 beberapa ekor kijang. Melihat keduanya,
 kijang-kijang itu berlompatan lari.

Tatkala keduanya hendak mengambil air dalam sumur, tiba-tiba airnya menyusut sampai ke dasarnya.
Kemudian keduanya menimba dan minum bersama.
“Setelah puas minum, Malik berucap: ‘Wahai Tuhanku, kijang-kijang itu sama sekali tidak pernah ruku’ dan sujud, namun Engkau beri air di permukaan sumur dengan mudah, sedang kami harus menimba seratus hasta, baru dapat mengeluarkan air dari sumur tadi!”
Maka terdengar jawaban,” Hai Malik, kijang-kijang itu bertawakkal kepadaku, sehingga Aku beri mereka minum. Sedangkan engkau, bertawakkal kepada tambang dan timbamu!”

Dalam Kitab Ta’lim Muta‘allim (penerbit Hikmah Keluarga Semarang) halaman 32.


فأهل الحق وهم أهل السنة والجماعة طلبوا الحق من الله تعالى الحق الهادى المبين العاصم فهداهم الله تعالى وعصمهم عن الضلالة ، وأهل الضلالة أعجبوا برأيهم وعقلهم طلبوا الحق من المخلوق العاجز وهو العقل ، لأن العقل لا يدرك جميع الأشياء كالبصر لا يبصر جميع الأشياء ، فحجبوا وعجزوا وضلوا وأضلوا ، قال رسول الله صلى الله تعالى عليه وسلم : من عرف نفسه فقد عرف ربه ، فإذا عرف عجز نفسه عرف قدرة الله تعالى ، ولا يعتمد على نفسه وعقله ، بل يتوكل على الله ويطلب منه الحق ، ومن يتوكل على الله فهو حسبه ويهديه إلى صراط مستقيم

“Ahlul Haq yaitu Ahlus Sunnah Wal Jama‘ah selalu mencari kebenaran dari Allah Yang Maha Benar, Pemberi Petunjuk, Penerang Yang Memelihara, maka Allah pun menganugerahkan kepada mereka hidayah dan membimbing dari jalanan sesat.

 Lain halnya dengan Ahli sesat, dimana ia membanggakan pendapat dan akalnya sendiri, mereka mencari kebenaran berdasarkan akal semata, yaitu suatu makhluk yang lemah.
 Mereka pun lemah dan terhalangi dari kebenaran, serta sesat yang menyesatkan, karena akal itu tak ubahnya seperti pandangan mata yang tidak mampu mencari segala yang ada secara menyeluruh.

 Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang mengetahui dirinya sendiri, maka dia mengetahui Tuhannya”.
Artinya, siapa yang mengetahui kelemahan dirinya, maka akan mengetahui kebesaran kekuasaan Allah Ta‘ala.

 Karena itu orang jangan semata-mata hanya berpegangan dengan diri dan akalnya sendiri, tapi haruslah bertawakkal kepada Allah, dan kepada-Nya pula ia mencari kebenaran.

 Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka akan dicukupinya dan dibimbing ke jalan yang lurus”.

Firman Allah dalam Al-Qur'an mengenai Tawakkal
  
إِذۡ هَمَّت طَّآئِفَتَانِ مِنكُمۡ أَن تَفۡشَلَا وَٱللَّهُ وَلِيُّهُمَاۗ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ

Ketika dua golongan dari padamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu. Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.”(QS. Ali Imran [3] : 122)

فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ فَٱعۡفُ عَنۡهُمۡ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”(QS. Ali Imran [3] 159).

إِن يَنصُرۡكُمُ ٱللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمۡۖ وَإِن يَخۡذُلۡكُمۡ فَمَن ذَا ٱلَّذِي يَنصُرُكُم مِّنۢ بَعۡدِهِۦۗ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ

Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.”
(QS. Ali Imran [3] : 160).

وَيَقُولُونَ طَاعَةٞ فَإِذَا بَرَزُواْ مِنۡ عِندِكَ بَيَّتَ طَآئِفَةٞ مِّنۡهُمۡ غَيۡرَ ٱلَّذِي تَقُولُۖ وَٱللَّهُ يَكۡتُبُ مَا يُبَيِّتُونَۖ فَأَعۡرِضۡ عَنۡهُمۡ وَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ وَكِيلًا

Dan mereka (orang-orang munafik) mengatakan: "(Kewajiban kami hanyalah) taat". Tetapi apabila mereka telah pergi dari sisimu, sebahagian dari mereka mengatur siasat di malam hari (mengambil keputusan) lain dari yang telah mereka katakan tadi. Allah menulis siasat yang mereka atur di malam hari itu, maka berpalinglah kamu dari mereka dan tawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah menjadi Pelindung.
(QS. An-Nisa [4] : 81).

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ هَمَّ قَوۡمٌ أَن يَبۡسُطُوٓاْ إِلَيۡكُمۡ أَيۡدِيَهُمۡ فَكَفَّ أَيۡدِيَهُمۡ عَنكُمۡۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakkal.”
(QS. Al-Maidah [5] : 11).

Dan masih banyak lagi ayat-ayat dalam Al-Qur'an mengenai tawakkal dalam berbagai surah.
Selain dalam Al-Qur'an, dalam haditspun, tawakkal memiliki porsi yang sangat banyak.

Beberapa Hadits Mengenai Tawakkal

Orang yang bertawakkal hanya kepada Allah, akan masuk ke dalam surga tanpa hisab.
Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ عُرِضَتْ عَلَيَّ الأُمَمُ فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ وَمَعَهُ الرُّهَيْطُ وَالنَّبِيَّ وَمَعَهُ الرَّجُلُ وَالرَّجُلاَنِ وَالنَّبِيَّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ إِذْ رُفِعَ لِي سَوَادٌ عَظِيمٌ فَظَنَنْتُ أَنَّهُمْ أُمَّتِي فَقِيلَ لِي هَذَا مُوسَى صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَوْمُهُ وَلَكِنْ انْظُرْ إِلَى الأُفُقِ فَنَظَرْتُ فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِي انْظُرْ إِلَى الأُفُقِ الآخَرِ فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِي هَذِهِ أُمَّتُكَ وَمَعَهُمْ سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ ثُمَّ نَهَضَ فَدَخَلَ مَنْزِلَهُ فَخَاضَ النَّاسُ فِي أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ فَقَالَ بَعْضُهُمْ فَلَعَلَّهُمْ الَّذِينَ صَحِبُوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ بَعْضُهُمْ فَلَعَلَّهُمْ الَّذِينَ وُلِدُوا فِي الإِسْلاَمِ وَلَمْ يُشْرِكُوا بِاللَّهِ وَذَكَرُوا أَشْيَاءَ فَخَرَجَ عَلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَا الَّذِي تَخُوضُونَ فِيهِ فَأَخْبَرُوهُ فَقَالَ هُمْ الَّذِينَ لاَ يَرْقُونَ وَلاَ يَسْتَرْقُونَ وَلاَ يَتَطَيَّرُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ فَقَامَ عُكَّاشَةُ بْنُ مِحْصَنٍ فَقَالَ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ أَنْتَ مِنْهُمْ ثُمَّ قَامَ رَجُلٌ آخَرُ فَقَالَ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ سَبَقَكَ بِهَا عُكَّاشَةُ (رواه مسلم)

Dari Abdullah bin Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda: “Telah ditunjukkan kepadaku keadaan umat yang dahulu, hingga saya melihat seorang Nabi dengan rombongan yang kecil, dan ada Nabi yang mempunyai pengikut satu-dua orang, bahkan ada Nabi yang tiada pengikutnya. Mendadak telihat padaku rombongan yang besar (yang banyak sekali), saya kira itu adalah umatku, namun diberitahukan kepadaku bahwa itu adalah Nabi Musa AS beserta kaumnya. Kemudian dikatakan kepadaku, lihatlah ke ufuk kanan dan kirimu, tiba-tiba di sana saya melihat rombongan yang besar sekali. Lalu dikatakan kepadaku, itulah umatmu, dan di samping mereka ada tujuh puluh ribu yang masuk surga tanpa perhitungan (hisab).”
Setelah itu Nabi bangun dan masuk ke rumahnya, sehingga orang-orang banyak yang membicarakan mengenai orang-orang yang masuk surga tanpa hisab itu. Ada yang berpendapat; mungkin mereka adalah sahabat-sahabat Rasulullah SAW. Ada pula yang berpendapat, mungkin mereka yang lahir dalam Islam dan tidak pernah mempersekutukan Allah, dan ada juga pendapat-pendapat lain yang mereka sebut.
Kemudian Rasulullah SAW keluar menemui mereka dan bertanya, ‘apakah yang sedang kalian bicarakan?’. Mereka memberiktahukan segala pembicaraan mereka. Beliau bersabda, ‘ Mereka tidak pernah menjampi atau dijampikan dan tidak suka menebak nasib dengan perantaraan burung, dan hanya kepada Rabb-nya-lah, mereka bertawakkal.”
Lalu bangunlah Ukasyah bin Mihshan dan berkata, ‘Ya Rasulullah SAW doakanlah aku supaya masuk dalam golongan mereka.’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Engkau termasuk golongan mereka.’ Kemudian berdiri pula orang lain, dan berkata, ‘doakan saya juga supaya Allah menjadikan saya salah satu dari mereka.’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Engkau telah didahului oleh Ukasyah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Tawakkal merupakan sunnah Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW sendiri senantiasa menggantungkan tawakkalnya kepada Allah SWT.
Salah satu contohnya adalah bahwa beliau selalu mengucapkan doa-doa mengenai ketawakkalan dirinya kepada Allah SWT:

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِعِزَّتِكَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَنْ تُضِلَّنِي أَنْتَ الْحَيُّ الَّذِي لاَ يَمُوتُ وَالْجِنُّ وَالإِنْسُ يَمُوتُونَ (رواه مسلم)
Dari Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah SAW senantiasa berdoa, “Ya Allah hanya kepada-Mulah aku menyerahkan diri, hanya kepada-Mulah aku beriman, hanya kepada-Mulah aku bertawakkal, hanya kepada-Mulah aku bertaubat, hanya karena-Mulah aku (melawan musuh-musuh-Mu). Ya Allah aku berlindung dengan kemuliaan-Mu di mana tiada Tuhan selain Engkau janganlah Engkau menyesatkanku. Engkau Maha Hidup dan tidak pernah mati, sendangkan jin dan manusia mati.” (HR. Muslim).

Allah merupakan sebaik-baik tempat untuk bertawakkal.
Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda :

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ قَالَهَا إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلَام حِينَ أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَقَالَهَا مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ قَالُوا إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ (رواه البخاري)

Dari Ibnu Abbas ra, “Hasbunallah wani’mal Wakil’ kalimat yang dibaca oleh Nabi Ibrahim AS ketika dilempar ke dalam api, dan juga telah dibaca oleh Nabi Muhammad SAW ketika diprovokasi oleh orang kafir, supaya takut kepada mereka ; ‘sesungguhnya manusia telah mengumpulkan segala kekuatannya untuk menghancurkan kalian, maka takutlah kamu dan janganlah melawan, tapi orang-orang beriman bertambah imannya dan membaca, Hasbunallah wa ni’mal Wakil (cukuplah Allah yang mencukupi kami dan cukuplah Allah sebagai tempat kami bertawakkal.” (HR. Bukhari).

Tawakkal yang benar tidak akan menjadikan seseorang kelaparan.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ عَمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُوْنَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ، تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا (رواه الترمذي)

Dari Umar ra, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ’’sekiranya kalian bertawakkal kepada Allah dengan tawakkal yang sebenar-benarnya, pastilah Allah akan memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana Allah memberi rezeki pada seekor burung. Pergi pagi hari dalam keadaan perut kosong, dan pulang sore hari dalam keadaan perut kenyang”. (HR. Tirmidzi).

Tawakkal adalah setelah usaha.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan:

عَنْ أَنَسِ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَعْقِلُهَا وَأَتَوَكَّلُ أَوْ أُطْلِقُهَا وَأَتَوَكَّلُ قَالَ اعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ (رواه الترمذي)

Dari Anas bin Malik ra, ada seseorang berkata kepada Rasulullah SAW. “Wahai Rasulullah SAW, aku ikat kendaraanku lalu aku bertawakkal, atau aku lepas ia dan aku bertawakkal?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Ikatlah kendaraanmu lalu bertawakkallah.” (HR. Tirmidzi).

Tawakkal yang merupakan perintah Allah dan sunnah Rasulullah SAW, jika dilakukan dengan baik dan benar, insya Allah tidak akan menjadikan seorang hamba menjadi hina dan tidak memiliki apa-apa.
Karena tawakkal tidak identik dengan kepasrahan yang tidak beralasan. Namun tawakkal harus terlebih dahulu didahului dengan adanya usaha yang maksimal.
Hilangnya usaha, berarti hilanglah hakekat dari tawakkal itu.
Oleh karenanya, marilah kita meningkatkan rasa tawakkal kita kepada Allah, dengan memperbanyak unsur-unsur yang merupakan derajat dalam ketawakkalan ke dalam diri kita. Sehingga kitapun dapat masuk ke dalam surga Allah tanpa adanya hisab, sebagaimana yang dikisahkan dalam hadits di atas. Amin.
Anonymous Web Developer

Blog idiots yg membahas tentang pengetahuan, tentang islam , multimedia , graphic design dan photography.

No comments:

Post a Comment

Berkomentarlah dengan baik