Mengenai riwayat tentang terkatung-katungnya ibadah puasa seseorang jika tidak membayar zakat fithr, akan terasa janggal jika dipahami. Karena puasa adalah ibadah tersendiri, zakat pun ibadah tersendiri, shalat juga ibadah tersendiri, haji pun ibadah tersendiri. Masing-masingnya memiliki syarat dan rukun tersendiri sebagai penentu keabsahannya. Dan keikhlashan niat pelaksana pada masing-masing ibadah ini juga menjadi penentu amal itu diterima ataupun tidak. Tidak ikhlash dalam melaksanakan shalat tidak memberi pengaruh kepada diterimanya puasa yang dilakukan dengan ikhlash. Dosa tidak menunaikan zakat tidak memberi pengaruh kepada keabsahan puasa yang dilakukan, begitu juga dengan diterima atau tidaknya puasa tersebut, karena betul-betul tergantung kepada keikhlasan pelaksananya dalam berpuasa. Hanya saja dapat dikatakan spirit puasanya belum mampu mendorongnya untuk peka sosial.
Riwayat tersebut adalah;
شهر رمضان معلق بين السماء والأرض ولا يرفع إلى الله إلا بزكاة الفطر
“(Puasa) bulan Ramadhan terkatung-katung di antara langit dan bumi, dan tidak diterima oleh Allah kecuali dengan menunaikan zakat fithr”
Imam Ibn al-Jauzi, Imam al-Suyuthi dan Imam al-Minawi sendiri telah menjelaskan titik kelemahan riwayat ini, seperti keberadaan periwayat tak dikenal yang tercantum dengan nama Muhammad bin Ubaid al-Bashri. Riwayat ini cukup populer di mimbar-mimbar masjid, mushalla, televisi, dengan niat memberikan semangat agar orang segera berzakat. Permasalahannya bukanlah masalah niat baik memotivasi tersebut, akan tetapi permasalahannya adalah mengaitkan keabsahan atau diterima dan tidak diterimanya sebuah amalan dengan amalan lain, sehingga riwayat ini sulit untuk diterima sebagai landasan.
Solusinya, terdapat hadis shahih riwayat Imam Abu Dawud dan Imam Ibnu Majah, diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, sbb;
فرض رسول الله صلى الله عليه وسلم زكاة الفطر طهرةً للصائم من اللغو والرفث، وطعمةً للمساكين. فمن أداها قبل الصلاة فهي زكاة مقبولة، ومن أداها بعد الصلاة فهي صدقة من الصدقات
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mewajibkan zakat fithr yang dapat membersihkan orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia, kata-kata buruk, sekaligus dengan zakat itu dia memberimakan orang miskin. Siapa yang menunaikannya sebelum shalat ‘id maka zakatnya sah. Sementara yang baru menunaikan setelah shalat hanya disebut sedekah biasa (zakatnya belum tertunaikan)”
Wallahu A'lam
No comments:
Post a Comment
Berkomentarlah dengan baik